Lensaxxx

Berbuat Mesum Di Warnet Waktu Mati Lampu

Malam semakin larut, dingin, karena langit terus mencurahkan air matanya sejak sore tadi, ditambah lagi ruangan itu ac menyala sedari pagi. Elen melirik jam di ujung kanan tampilan monitornya, sudah jam 3 dini hari.

Elen mulai merasakan kantuk menyerangnya, matanya mulai berat, tapi mengingat kewajibannya, dia tetap berusaha untuk menahan rasa kantuk itu. Sudah beberapa hari ini dia bekerja di sebuah warnet milik sepupunya yang buka selama 24 jam. Dan malangnya, Elen harus menjaga warnet itu saat malam hari.

Awalnya ia enggan, tapi setelah diyakinkan oleh sepupunya bahwa warnet itu aman di malam hari, maka akhirnya Elen terpaksa menurutinya. Mau gimana lagi, Gery -sepupunya itu- itu bekerja malam hari disebuah pabrik di daerah bekasi, dan baru bisa menggantikannya menjaga net itu sepulang kerja sampai tengah hari, sedangkan Surya yg biasa shift malam di net itu sedang pulang ke kampung halamannya.

Malam itu cuma ada seorang pemuda yang sedang main di warnet itu, usianya kira2 sebaya dengan calon suaminya di kampung. Sejak sore pemuda itu sudah datang dan memang sejak awal Elen bekerja di net tersebut, pemuda itu memang selalu datang sore hari dan baru pulang saat subuh.

Dia sempat berpikir tentang apa kerja pemuda tersebut, karena dalam benaknya, tidak mungkin pemuda itu bekerja di siang hari karena malam harinya dia selalu bergadang di net ini. Tapi dia sadar, inilah kota besar, pemudanya tidak seperti di kampungnya yang biasa berada di masjid saat malam tiba. Dia merasa beruntung karena calon suaminya adalah seorang aktifis dakwah, sama seperti dirinya.

“Mbak, teh botol 1 ya?” Suara itu mengagetkannya.
“Oh, iya Mas, silahkan.” Jawabnya
“Loh kuncinya mana Mba?”
“Oh, iya, ini Mas” Jawab Elen sambil menyerahkan kunci yang lupa diberikannya.

di Net tersebut, Lemari Es tempat penyimpanan minuman memang sengaja dikunci karena seringnya para user yg tidak bertanggung jawab mengambil minuman tanpa membayar saat sang operator sedang lengah.

Pikiran Elen kembali menerawang kepada sosok calon suaminya. Lelaki yg sebenarnya sudah lama dia kenal, tapi baru bisa dia dengar suaranya saat proses lamaran tepat 1 minggu sebelum Elen berangkat ke Jakarta untuk bekerja pada sepupunya pemilik warnet ini. Dia sengaja bekerja di jakarta menjelang pernikahannya, Untuk menghindari hal2 yang tidak diinginkan, pikirnya.

Ya, dalam pikirannya,bisa saja mereka terjerumus di dalam dosa.. Wong yang mereka yg baru pacaran saja bisa melakukan hal2 nekad, apalagi dirinya yg sudah bertunangan. Walaupun dia yakin dia dan calon suaminya tak mungkin melakukan hal2 yg dilarang agama meskipun mereka sudah resmi bertunangan dan pelaksanaan akad nikahnya sendiri tinggal 2 minggu lagi. Intinya, 2 minggu itu masih mungkin terjadi hal2 yg tidak diinginkan olehnya.

“Tuh kan, bengong lagi, lagi mikirin apa seh, Mba?? tiba2 pemuda itu sudah berada di sampingnya lagi, dan lebih membuatnya kaget lagi.
“Eh, engga Mas, ada apa? Ada yg bisa saya bantu?” jawabnya tergagap
“Itu mba, tolong Share-in file yg ada di foldernya Surya dong. Penting nih.”

“Oh iya, sebentar ya” Elen pun meraih Mouse dan mencari folder yg dimaksud, tapi entah karena apa, pemuda tersebut tiba2 berkata “eh, maaf Mba, biar saya aja deh yg cari, gak enak sama mba, mba kesana aja dulu sebentar.”

Elen jd bingung, dia pun melangkah sedikit menjauh, dalam hatinya, mungkin itu file rahasia yg tidak boleh dilihat oleh siapapun, kecuali oleh Surya. Setelah beberapa saat, pemuda itu berdiri dan kembali mempersilahkan Elen duduk di bangku operator tersebut.

“Udah Mba, Makasih ya.”ucapnya sambil berlalu meninggalkan Elen.

Elen kembali menatap jam di pojok kanan bawah monitor, hampir 1/2 4. berarti, 1 jam lagi sepupunya pulang, dan dia bisa istirahat setelah sholat subuh di rumah pamannya yg kira2 berjarak 100 meter dari net itu.

tiba2 dia teringat sesuatu, tadi sore, sebelum berangkat Gery sempat memintanya untuk memindahkan file2nya ke folder baru. Setelah membuat folder baru,dia mulai mencari file2 milik Gery yg ternyata bertebaran dimana-mana,tak terasa, saat azan subuh pekerjaan itu baru selesai, benar2 si Gery itu, brantakan sekali sih orangnya.. PIkirnya dalam hati.

Tak lama, Gery masuk ke net, dia masih keliatan segar meskipun baru pulang kerja.

“Gimana Len? Rame Gak?? ” Tanyanya
“Cuma ada 1 orang, itu yg biasa main dari sore sampai pagi.”
“Oh si Filbert ya?” Biasa dia mah. Ya udah km sana istirahat.”

“Iya, aku pulang dulu ya.. Elen pun mulai beranjak meninggalkan warnet menuju rumah sodaranya tersebut, keluarga saudaranya tersebut pasti belum pada bangun, yah mau gimana lg, dia hanya menumpang di rumah tersebut, mau bicara apa pun terasa tidak enak, untung saja dia diberi pegangan kunci cadangan, jd dia tak perlu membangunkan orang2 yg masih terlelap dalam tidurnya tersebut.

Esoknya

HUjan kembali turun sejak sore, dan kini ditambah dengan suara petir yg sesekali menggelagar di atas sana. Lagi-lagi, sama seperti kemarin, cuma ada si pemuda yg bernama Filbert di net itu. Waktu menunjukkan pukul 1 dinihari ketika tiba2 saja listrik padam.

“Yah Mba, gimana neh??” Kata Filbert setengah berteriak. Elen tidak menjawab apa2, dia sibuk mencari lilin untuk menerangi ruangan itu.
“Payah deh, lagi seru2nya pake mati lampu segala lagi,” kata Filbert yg sudah berdiri tak jauh dari Elen.
“Ada lilin, MBa??
“Ada ini baru ketemu, ini saya lg cari koreknya”
“OH, ini aja, saya ada korek kok.”

sigap tangan Filbert menyalakan korek dan mengarahkan apinya ke sumbu lilin yg disodorkan Elen. Lalu lilin itu ditempatkan tak jauh dari meja server. Lumayan menerangi ruangan tersebut. Filbert meraih bangku yg ada disamping, lalu duduk disamping Elen.

Elen sempat merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut, sebagai seorang akhwat – wanita yg aktif dalam kajian dan kegiatan dakwah – suasana seperti itu jelas sangat tidak berkenan dalam hatinya. Berdua2an dengan seorang pria yg tidak dikenalnya, dalam keadaan gelap dengan penerangan bermodalkan secercah cahaya lilin, wew, jelas sangat tidak nyaman baginya.

Tak sekalipun ia pernah mengalami saat2 seperti itu, tapi mau bagaimana lagi, keadaan memaksa, tak enak rasanya mengusir langganan yang setiap malam selalu datang ke warnet itu seperti Filbert.

Mereka diam, tak ada hal yang bisa dibahas sebagai bahan pembicaraan. setengah jam berlalu dalam keheningan, dan listrik belum juga menyala. Keheningan berlalu saat Filbert meminta kunci kulkas.

“Haus nih mba, aku ambil minum ya.”

untung saja Elen sudah hapal tempat kunci itu biasa diletakkan, tak lama, kunci itu sudah berada di tangan Filbert. Filbert bergegas mengambil minuman dan membuka tutup botolnya. Elen terperangah ketika Filbert memberikannya sebotol teh kepadanya.

“Biar gak ngantuk,”Kata Filbert singkat
“Oh, iya makasih mas, ntar biar saya bayar sendiri ya”
“Ah, jangan, biar saya aja. kan aku yg ambilin”
“Yah, terserahlah,” Akhirnya Elen mengalah karena merasa tak enak hati.

dia tak langsung meminumnya karena Filbert lebih dulu bertanya padanya.

“Katanya sebentar lagi mau nikah ya Mba?
“Iya Mas, kok tau? Dari Gery ya?
“Iya, tadi sore dia cerita. Tapi kok 2 minggu lagi nikah, mba malah ke jakarta n kerja disini?
“Ribet Mas ngejelasinnya. Intinya sih, saya mau nahan diri, itu aja.”
“Nahan diri? Nahan diri dari apaan? Tanya Filbert
“Dari nafsu, saya ngga mau melakukan hal2 yg mengundang saya pada maksiat bersama tunangan saya.” Jawab Elen
“OH gitu toh, ic ic” Filbert manggut2 seolah mengerti, padahal dia kurang paham apa yg dimaksud oleh Elen.

“Di minum mba minumannya” kata Filbert mempersilahkan Elen untuk meminum minuman yg telah dibelikannya. merasa tak enak, Elen pun meminum teh pemberian Filbert tersebut. Filbert sendiri menatap sambil menyunggingkan senyum.

Tak lama setelah meminum minuman tersebut, kantuk yg sangat hebat tiba menyerang Elen, kepalanya juga terasa sangat berat. Sempat di lihatnya jam yang baru menunjukkan pukul 2, setelah ia merasakan matanya tak sanggup lagi menahan rasa kantuk yg mendadak tiba tersebut.

Elen terbangun saat dia merasakan ada sesuatu yg meraba payudaranya. dia seperti tersengat oleh listrik ribuan kilowatt saat dia melihat jubah yg ia kenakan telah terbuka kancing di bagian depannya, dan dia lebih terkaget2 lagi saat menyadari Filbert sedang meraba payudaranya. Bra yg dikenakannya sdh tidak menutupi 2 bukit indah yg menjulang tersebut.

“Ngapain kamu, tolong hentikan, jgn macam2 kamu.” katanya sambil berusaha menepis tangan Filbert yg sedang menggerayangi payudaranya.

Tapi tangannya terasa sangat lemah, ia seperti tidak punya tenaga untuk mengangkat tangannya sekalipun. Filbert hanya diam, dia tak menjawab apa2. cuma Tangannya yg terus bergerak, meremas, dan sesekali menyentuh dengan lembut puting payudara Elen dengan jarinya.

Tak cuma itu, Filbert pun mulai menciumi bukit indah itu, lidahnya mengulum dan menggigit kecil puting susu Elen yang masih berwarna pink tersebut. Filbert tahu betul, puting susu seperti yang ada dihadapannya pasti belum pernah terjamah oleh lidah, bahkan oleh tangan lelaki lain.

Filbert tak menghiraukan gadis yang terus berusaha meronta dengan tenaga nya yg lemah itu. Bahkan, tangannya pun mulai bergerak kebawah, menyelusup masuk ke dalam celana dalam Elen setelah ia membuka kancing rok yg dikenakan Elen.

Elen sedikit histeris ketika vaginanya disentuh oleh jemari Filbert, tapi suaranya jelas tak kan terdengar oleh siapa2, selain di luar sedang hujan, tak ada bangunan yg ada di dekat warnet itu, satu2nya bangunan terdekat adalah rumah Gery, tempat Elen menumpang, itu pun jaraknya lumayan jauh.

Filbert mengusap gundukan bukit yg sedikit berbulu itu, disentuh nya dengan lembut bibir vagina tersebut sampai akhirnya Filbert tak sabar dan segera melepaskan rok dan celana dalam yang membungkus bagian bawah tubuh Elen.

Elen terus berusaha berontak dengan tenaga lemahnya, rupanya, minuman yg diminumnya dicampur oleh obat bius oleh Filbert, entah kapan Filbert memasukkan obat bius tersebut. Usaha berontak Elen jelas tidak berarti apa2 bagi Filbert, yang ada Filbert malah semakin liar menciumi payudaranya.. jarinya pun mulai berusaha untuk memasuki liang vagina Elen.

Elen menggigit bibirnya ketika dia merasakan jari tengah Filbert perlahan mulai masuk ke dalam vaginanya.. Perih.. dan dia pun merasakan ada sesuatu yang mengalir dari dalam vaginanya..

“Oh, kamu masih perawan ya Len??” tanya Filbert setelah ia melihat apa yg membasahi jarinya..

bukannya Iba dan menghentikan perbuatannya Filbert kembali memasukkan jarinya. dan mulai menggerakkannya keluar masuk secara perlahan-lahan, dia melakukannya dengan lembut sambil bibir dan lidah nya tak berhenti bermain di payudara gadis tersebut.

“argh …. tolong hentikan Bert.” kata Elen terbata-bata.

Nafasnya mulai memburu, tak dapat diingkari, meski perih, meski kehormatannya sedang direnggut oleh Filbert, ada perasaan aneh yg menyelusup ke dalam sanubarinya. Perasaan itu semakin menjadi2 saat jemari Filbert semakin bergerak cepat di dalam vaginanya yg terasa semakin licin oleh Filbert.

entah karena sebab apa, Elen mulai menghentikan usahanya untuk berontak, sebaliknya,dia malah menekan kepala Filbert dengan sisa tenaganya… tentu saja hal tersebut semakin membuat Filbert terbenam dalam bukit payudaranya, ciuman dan kuluman Filbert pun semakin menggila, Filbert terus menjilati puting yang indah tersebut.

“Arghhhhh….. Bert….ARghhhh”
“Tolong hentikan Gerrrrrrr…”
“Memek km rapat bgt Len, aku suka, aku juga suka sama puting susu km..” Jawab Filbert sambil tangannya terus mengocok vagina Elen.

Tubuh Elen seakan mengejang, dirasakannya gerakan Filbert menimbulkan perasaan yang sangat berbeda olehnya.. Rasa sakit yg tadi menderanya seakan telah hilang, digantikan oleh suatu rasa yg belum pernah ia rasakan sama sekali sebelumnya.

“Argh argh ……” Nafas Elen semakin memburu, dia sudah tak dapat lagi berkata apa2…
“ssssssshhhh …. arghhhh.” Elen mulai mendesis, gairah mulai merasuki perasaannya.

Filbert sendiri menjadi semakin menjadi, di ambilnya tangan Elen dan dituntunnya tangan lembut tersebut ke arah penisnya. Karena mulai dikuasai oleh gairah yg memuncak, tak sadar Elen menuruti pemuda itu, dielusnya penis Filbert yg masih terbungkus celana jins.

Tak sadar pula ia mulai membuka resleting celana tersebut dan menyelusupkan jemarinya ke dalam celana dalam Filbert.Tubuh nya terus terasa kejang akibat gerakan jari Filbert di dalam vaginanya, gerakan Jemari Filbert pun semakin cepat, tak sabar, ia menuntun tangan gadis itu untuk menyentuh penisnya.

“Pegang seperti ini Len,” Katanya sambil membimbing tangan gadis itu untuk menggenggam penisnya..
“Ya Seperti itu. Arghhh…” Filbert berkata sambil merasakan nikmat ketika Elen mulai menggenggam penisnya.

Elen benar2 telah bergerak berdasarkan instingnya, perlahan dia mulai menggerakkan genggamannya, dia gerakkan penis Filbert, diputarnya dengan bergairah.

“Arghhh Bert,,, Bert..” Elen meracau dengan desahan nafasnya yg semakin tak beraturan..

dia benar2 merasakan kenikmatan dari gerakan jari Filbert yg keluar masuk vaginanya yg semakin basah. sesekali Filbert menciumi payudara gadis itu. Mereka terus bercumbu di tengah temaram lilin, suara rintik hujan semakin membuat Filbert bergairah mencumbui gadis berjilbab yang akan menikah itu.

Setelah beberapa saat, Filbert melepaskan jarinya, dia juga melepaskan genggaman tangan Elen dari penisnya. Elen menatap penis Filbert yg berjongkok di depannya..

Baru sekali ini ia melihat penis lelaki dewasa langsung di hadapannya. Filbert yg melihat gadis itu menatap penisnya, mulai meraih kembali tangan gadis itu. Elen kembali meraih penis Filbert yg sudah mulai mengeras.

“Coba dicium Len, pasti km suka” katanya pelan, stengah berbisik.

Elen menatap penis itu. Ragu karena dia memang belum pernah melakukannya. Di dorong oleh gairahnya, dia mulai mencium penis itu, dikecupnya penis Filbert. Filbert tak diam, dielus nya kepala Elen yg masih terbungkus jilbab besarnya. Mullutnya mulai mendesis ketika Elen mulai mengulum penisnya yg terasa semakin mengeras.

akhirnya, ia tak bisa menahan gairahnya… Filbert akhirnya merebahkan tubuh Elen di lantai, lalu ia merebahkan tubuhnya ke arah yg berlawanan, ia membentuk posisi 69 yg biasa di lihat di video porno yg sering dilihatnya.

Elen kembali menjamah penis yg sekarang ada di depan bibirnya tersebut, Filbert pun mulai memasukkan kembali jemarinya ke dalam vagina Elen. Dia jg menciumi vagina tersebut, memainkan lidahnya di klitoris gadis itu sambil jarinya tak berhenti bergerak keluar masuk vagina yg semakin basah itu.

“arrrrghhh… nikmat bgt Len, arghhh …
Filbert semakin bersemangat menjilati vagina Elen, jarinya semakin cepat bergerak.

“Arghh Bert… ” Elen terus mendesis di sela kulumannya pada penis Filbert.

Mereka terus saling menghisap dan mempermainkan kelamin pasangannya beberapa saat. Tak sanggup menahan perasaan yg semakin membuncah, Filbert kembali merubah posisinya. kini dia berjongkok di depan paha Elen yg masih berbaring. perlahan dia mengarahkan penisnya ke arah vagina Elen.

“Mauu aphaa km Bertn?” Tanya Elen terbata
Filbert tak menjawab, dia membuka paha gadis tersebut, dan mulai mendekatkan penisnya… Elen tak bisa mengelak,dia justru membuka pahanya lebih lebar… dan dia sedikit histeris ketika penis Filbert yg membesar itu mulai perlahan-lahan memasuki liang vaginanya.

“argghhhh …. pelan2 Bert, perih.”
“Iya Len, tahan ya…” jawab Filbert penuh perhatian..
dia terus berusaha memasukkan penis nya ke dalam vagina Elen.

arghhh … ssssshhhhh … memekk kamu rapat bgt Len… aku suka …
pelan tapi pasti akhirnya penis Filbert berhasil masuk ke dalam vagina Elen.

“arghhh… Bert …” Elen mendesis menahan rasa nikmat yg tiada taranya itu. Tubuhnya bagai terbang ke awang2.

perlahan Filbert menggerakkan pinggulnya, menggerakkan penisnya maju mundur di dalam vagina yg semakin terasa becek itu.. semakin lama gerakannya semakin cepat.. membuat Elen semakin merasa terbang.. Elen pun akhirnya tak bisa diam, gairah menuntutnya untuk menggerakkan pinggulnya. Mengimbangi gerakan Filbert yg terus menghajar vagina

Mereka saling mendesis merasakan kenikmatan,,,

“arghhh… enak Len, nikmat bgt”
“Bert …. aku gak tahan” ceracau Elen sambil menggerakkan pinggulnya semakin cepat. dia benar2 telah kehilangan akalnya, dia hanya merasakan kenikmatan yg tiada tara saat itu…

Elen terus bergerak, tanganya mulai menekan pantat Filbert, ia ingin penis pemuda itu masuk semakin ke dalam liang vaginanya.

“argghhh Bertttttttt…. trusssss”
sampai akhirnya, Elen benar2 merasakan tubuhnya kejang, dia merasa ada yg meledak dalam tubuhnya. dia berusaha menahan gerak tubuh Filbert,, tapi pemuda itu tidak berhennti dan malah semakin mempercepat gerakannya…

“Bertttt…. argghhhhhh aku …….
“iya Len…. argggghhh sabar, aku sudah mau,,,,,
“arghhhh…..”

Akhirnya Filbert merasakan ledakan itu, dia hempaskan tubuhnya ke atas tubuh gadis dibawahnya. Elen memeluk pemuda itu erat. membiarkan penis yg masih berdenyut itu tetap berada dalam liang vaginanya…

Bagikan ke yang lainnya
Telegram
Tutup
Tutup