Lensaxxx

Cerita Hot Tak Sengaja Ngintipin Guru Bahasa Inggris

Sebagai siswa sebuah SMA Swasta, aku bukanlah murid yang pintar tapi juga tidak bodoh-bodoh amat. Biasa-biasa saja. Tidak bisa dibanggakan. Yang bisa aku banggakan adalah wajahku yang ganteng dengan bentuk tubuh yang atletis.

Tinggi jangkung dan berat yang seimbang. Dan paling aku banggakan adalah ukuran kemaluanku yang luar biasa besarnya, panjangnya 17 cm dengan diameter 5 cm. Membuat iri teman laki-lakiku.

Namaku Felix, cukup terkenal di sekolahku. Mungkin karena aku bandel dan sering berganti-ganti cewek. Banyak teman sekolahku yang pernah aku tiduri. Mereka tergila-gila setelah menikmati kontolku yang luar biasa dan tahan lama kalau bersetubuh.

Sore itu, setelah semua pelajaran selesai aku bergegas pulang kerumah. Semua buku-buku sudah kumasukkan kedalam tas. Kustart sepeda motorku menuju jalan raya. Tapi di tengah perjalanan aku baru ingat, pulpenku (pulpen istimewa) tertinggal di dalam kelas. Dengan tergesa-gesa aku balik lagi ke sekolahku. Setelah mengambil kembali pulpenku, aku berjalan lagi menuju parkir sepeda motorku. Untuk mencapai tempat parkir, aku harus melewati ruangan guru.

Ketika melewati ruangan guru-guru, aku mendengan suara mendesah-desah disertai rintihan-rintihan kecil. Aku penasaran dengan suara-suara itu. Aku mendekati pintu ruangan, suara-suara itu semakin keras. Aku semakin penasaran dibuatnya.

Kubuka pintu ruangan, dengan berjalan mengendap-endap, aku mencari tahu darimana datangnya suara-suara itu. Begitu mendekati ruangan Bu Finka, aku terkejut. Disana kulihat Bu Finka, guru bahasa Inggrisku yang telah setahun menjanda, sedang bercumbu dengan Pak Alvin, guru olahragaku, dalam posisi berdiri.

Bibir mereka saling kecup. Lidah mereka saling sedot. Tangan Pak Alvin meremas-remas pantat Bu Finka yang padat, sedangkan tangan Bu Finka melingkar dipinggang Pak Alvin. Mereka yang sedang asik tak tahu akan kehadiranku. Aku mendekati arah mereka. Aku membungkukkan badan dan bersembunyi dibalik meja, mengintip mereka dari jarak yang sangat dekat.

Mereka menyudahi bercumbu, kemudian Pak Alvin duduk dipinggir meja, kakinya menjuntai kelantai. Bu Finka berdiri didepannya. Bu Finka mendekati Pak Alvin, dengan buasnya dia menarik celana panjang Pak Alvin.

Tak ketinggalan celana dalam Pak Alvin juga diembatnya. Hingga Pak Alvin setengah telanjang. Bu Finka menguru-urut kontol Pak Alvin. Kontolnya yang tidak begitu besar, sedikit demi sedikit menegang. Bu Finka membungkukkan tubuhnya, hingga wajahnya pas diatas selangkangan Pak Alvin. Kontol Pak Alvin diciuminya.

“Isep.. sayang.. isep.. kontolku” suruh Pak Alvin.

Bu Finka tersenyum mengangguk. Dia mulai menjilati kepala kontol Pak Alvin. Terus turun kearah pangkalnya. Bu Finka sangat pintar memainkan lidahnya dikontol Pak Alvin.

“Oohh.. enakk.. sayang.., truss.., truss”.

Pak Alvin mengerang ketika Bu Finka mengulum kontolnya. Seluruh batang kontol Pak Alvin masuk kemulutnya. Kontol Pak Alvin maju mundur didalam mulut Bu Finka. Tangan Bu Finka mengurut-urut buah pelirnya. Pak Alvin merasakan nikmat yang luar biasa. Matanya merem melek. Pantatnya diangkat-angkat.

Aku sangat terangsang melihat pemandangan itu. Kuraba-raba kontolku yang menegang. Kubuka retsleting celanaku.Kukocok-kocok kontolku dengan tanganku. Birahiku memuncak. Ingin rasanya aku bergabung dengan mereka, tapi keinginan itu kutahan, menunggu saat yang tepat.

Lima belas menit berlalu, Pak Alvin menarik dan menjambak kepala Bu Finka.
“Akhh.., akuu.. mauu.., ke.. keluar sayang” Pak Alvin menjerit histeris.
“Keluarin aja sayang, aku ingin meminumnya” sahut Bu Finka.

Bu Finka tak mempedulikannya. Semakin cepat dikulumnya kontol Pak Alvin dan tangan kanannya mengocok-ngocok pangkal kontol Pak Alvin seirama kocokan mulutnya. Kontol Pak Alvin berkedut-kedut, otot-ototnya menegang.

Dan crott! crott! crott! Pak Alvin menumpahkan spermanya didalam mulut Bu Finka. Bu Finka meminum cairan sperma itu. Kontol Pak Alvin terus dijilatinya, hingga seluruh sisa-sisa sperma Pak Alvin bersih. Kontol Pak Alvin kemudian mengecil didalam mulutnya.

Pak Alvin yang sudah mencapai orgasme kemudian turun dari meja.
“Kamu puas sayang dengan serviceku” tanya Bu Finka.
“Puas sekali, kamu pitar sayang” puji Pak Alvin sambil tersenyum.
“Gantian sayang, sekarang giliranmu memberiku kepuasan” pinta Bu Finka.

Bu Finka melepaskan gaunnya, juga pakaian atasnya, hingga dia telanjang bulat. Astaga ternyata Bu Finka tak memakai apa-apa dibalik gaunnya. Aku dapat melihat dengan jelas lekuk tubuh mulusnya, putih bersih, ramping dan sexy dengan buah dada yang besar dan padat, juga bentuk memeknya yang indah dihiasi bulu-bulu yang dicukur tipis dan rapi.

Bu Finka kemudian naik keatas meja, kakinya diselonjorkan kelantai. Pak Alvin mendekatinya. Memek Bu Finka diusap-usp dengan tangannya. Jari-jarinya dimasukkan, mencucuk-cucuk memek Bu Finka. Bu Finka menjerit nikmat.

“Isep sayang, isep memekku sayang” pinta Bu Finka menghiba.

Pak Alvin menurunkan wajahnya mendekati selangkangan Bu Finka. Lidahnya dijulurkan kememek Bu Finka. Disibaknya bibir memek Bu Finka dengan lidahnya. Pak Alvin mulai menjilati memek Bu Finka.

“Oohh.. truss.. sayang.., jilatin terus.., akhh” Bu Finka mendesah.

Pak Alvin dengan lihainya memainkan lidahnya dibibir memek Bu Finka. Dihisapnya memek Bu Finka dari bagian luar kedalam. Memek Bu Finka yang merah dan basah dicucuk-cucuknya. Kelentitnya disedot-sedot dengan mulutnya.

“Oohh.., enakk.., truss.., truss.., sayang” jerit Bu Finka.

Hampir seluruh bagian memek Bu Finka dijilati Pak Alvin. Tanpa sejengkalpun dilewatinya.
“Akkhh.., akuu.. mauu.. ke.. keluar.. sayang” erang Bu Finka.

Memeknya berkedut-kedut. Otot-otot memeknya menegang. Dijambaknya rambut Pak Alvin, dibenamkannya keselangkangannya.

“A.. akuu.., keluarr.., sayang” Bu Finka menjerit histeris ketika mencapai orgasme. Memeknya sangat basah oleh cairan spermanya. Pak Alvin menjilati memeknya hingga bersih.

“Kamu puas Sis?” tanya Pak Alvin pendek.
“Belum! Entot aku sayang, aku ingin merasakan kontolmu” pinta Bu Finka.
“Maaf Sis! Aku tak bisa, aku harus pulang”.
“Nanti istriku curiga, aku pulang sore” sahut Pak Alvin menolak.
“Kamu pengecut Alvin! Dikasih enak aja takut!” kata Bu Finka jengkel.

Matanya meredup, memohon pada Pak Alvin. Pak Alvin tak mempedulikannya. Dia mengenakan celananya, kemudian berlalu meninggalkan Bu Finka yang menatapnya sambil memohon.

Ini kesempatanku! Pikirku dalam hati. Nafsu birahiku yang sudah memuncak melihat mereka saling isap, ingin disalurkan. Setelah Pak Alvin berlalu, kudekati Bu Finka yang masih rebahan diatas meja. Kakinya menggantung ditepi meja.

Dengan hati-hati aku berjalan mendekat. Kulepaskan baju seragamku, juga celanaku hingga aku telanjang bulat. Kontolku yang sudah menegang, mengacung dengan bebasnya. Sampai didepan selangkangan Bu Finka, tanganku meraba-raba paha mulusnya.

Rabaanku terus keatas kebibir memeknya. Dia melenguh. Kusibakkan bibir memeknya dengan tanganku. Kuusap-usap bulu memeknya. Kudekatkan mulutku keselangkangannya. Kujilati bibir memeknya dengan lidahku.

“Si.. siapa.., kamu” bentak Bu Finka ketika tahu memeknya kujilati.
“Tenang Bu! Saya Felix murid Ibu! Saya Ingin memberi Ibu kepuasan seperti Pak Alvin” sahutku penuh nafsu.

Bu Finka tidak menyahut. Merasa mendapat angin segar. Aku semakin berani saja. Nafsu birahi Bu Finka yang belum tuntas oleh Pak Alvin membuatnya menerima kehadiaranku.

Aku melanjutkan aktivitasku menjilati memek Bu Finka. Lubang memeknya kucucuk dengan lidahku. Kelentitnya kusedot-sedot.

“Oohh.., truss.. Fel.., truss.. isep.. sayang” pintanya memohon.

Hampir setiap jengkal dari memek Bu Finka kujilati. Bu Finka mengerang menahan nafsu birahinya. Kedua kakinya terangkat tinggi, menjepit kepalaku.

Lima belas menit berlalu aku menyudahi aktivitasku. Aku naik keatas meja. Aku berlutu diatas tubuhnya. Kontolku kuarahkan kemulutnya. Kepalanya tengadah. Mulut terbuka menyambut kehadiran kontolku yang tegang penuh.

“Wow! Gede sekali kontolmu!” katanya sedikit terkejut.
“Isep Bu! Isep kontolku!” pintaku.

Bu Finka mulai menjilati kepala kontolku, terus kepangkalnya. Pintar sekali dia memainkan lidahnya.

“Truss.. Buu.. teruss.., isepp” aku mengerang merasakan nikmat.
Bu Finka menghisap-isap kontolku. Kontolku keluar masuk didalam mulutnya yang penuh sesak.

“Akuu.. tak.., tahann.., sayang! Entot aku sayang” pintanya.
“Ya.., ya.. Buu” sahutku.

Aku turun dari meja, berdiri diantara kedua pahanya. Kugenggam kontolku, mendekati lubang memeknya. Bu Finka melebarkan kedua pahanya, menyambut kontolku. Sedikit demi sedikit kontolku memasuki lubang memeknya.

Semakin lama semakin dalam. Hingga seluruhnya amblas dan terbenam. Memeknya penuh sesak oleh kontolku.Aku mulai mengerakkan pantatku maju mundur. Klecot!Klecot! Suara kontolku ketika beradu dengan memeknya.

“Ooh.., nik.. matt.., sayang.., truss” Bu Finka mendesah.

Kuangkat kedua kakinya kebahuku. Aku dapat melihat dengan jelas kontolku yang bergerak-gerak maju mundur.

“Ooh.., Buu.., enakk.. banget.., memekmu.., hangat” desahku.

Sekitar tiga puluh menit aku menggenjotnya, kurasakan memeknya berkedut-kedut, otot-ototnya menegang.

“Akuu.., tak.. tahan.., Fel, aku.. mau.. keluarr” jeritnya.
“Tahan.. Buu.., aku.. masih tegang” sahutku.
Dia bangun duduk dimeja memegang pinggangku erat-erat, mencakar punggungku.
“Akkhh.., akuu.. keluar” Bu Finka menjerit histeris.

Nafasnya memburu. Dan kurasakan memeknya sangat basah, Bu Finka mencapai orgasmenya. Ibu guruku yang sudah berumur 37 tahun menggelepar merasakan nikmatnya kusetubuhi.Aku yang masih belum keluar, tak mau rugi. Kucabut kontolku yang masih tegang. Kuarahkan kelubang anusnya. Kedua pahanya kupegang erat.

“Ja,.jangan.., Fel” teriaknya ketika kepala kontolku menyentuh lubang anusnya.

Aku tak memperdulikannya. Kudorong pantatku hingga setengah batang kontolku masuk kelubang anusnya yang sempit.

“Aow! Sakitt.. cabutt.., Fel.., aku.. sakitt.. jangan” teriaknya keras.

Kusodok terus hingga seluruh batang kontolku amblas. Kemudian dengan perlahan tapi pasti kugerakkan pantatku maju mundur.

Teriakan Bu Finka mengendor. Berganti dengan desahan-desahan dan rintihan kecil. Bu Finka sudah bisa menikmati sentuhan kontolku dianusnya.

“Jadi dicabut ngga Bu” candaku.
“Jangan sayang, enak banget” katanya sambil tersenyum.

Kusodok terus lubang anusnya, semakin lama semakin cepat. Bu Finka menjerit-jerit. Kata-kata kotor keluar dari mulutnya. Aku semakin mempercepat sodokanku ketika kurasakan akan mencapai orgasme.

“Buu.., akuu.. mauu.. ke.. keluarr” aku melolong panjang.
“Akhh.. akuu juga sayang” sahutnya.

Crott! Crott! Crott! Aku menumpahkan sperma yang sangat banyak dilubang anusnya. Kutarik kontolku. Kuminta dia turun dari meja untuk menjilati kontolku. Bu Finka menurutinya. Dia turun dari meja dan berlutut dihadapanku. Kontolku dikulumnya. Sisa-sisa spermaku dijilatinya sampai bersih.

“Kamu hebat Fel, aku puas sekali” pujinya.
“Aku juga Bu” sahutku.
“Baru kali ini memekku dimasuki kontol yang sangat besar” katanya.
“Ibu mau khan terus menikmatinya” kataku.
“Tentu sayang” jawabnya sambil berdiri dan mengecup bibirku.

Kami beristirahat sehabis merengkuh kenikmatan. Kenikmatan selanjutnya kudapatkan dirumahnya. Bu Finka, guruku ternyata hyperseks. Dia kuat sekali ngentot. Satu malam bisa sampai empat kali.

Bagikan ke yang lainnya
Telegram
Tutup
Tutup