Lensaxxx

Ceritaku Waktu Ritual Dengan Dukun Sakti Yang Cantik Dan Montok

Perkenalkan Nama gw Wendi ( nama samaran )! Gw baru lulus kuliah dan kepengen sekali menjadi seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil ) masa depan cerah gitu kata orang! menjadi PNS merupakan impian bagi sebagian besar orang! Bergagai cara dilakukan agar bisa lolos tes CPNS. ikut bimbingan tes CPNS, mengasi uang pelicin, menyewa joki, sampai ke dukun sekalipun akan dilakukan.

Entah karena putus asa setelah beberapa kali gagal dalam tes, akhirnya gw juga memakai jasa dukun atau orang pintar dan bukan mak errot lho. Menurut info yang gw peroleh dari sahabatku , ada seorang dukun di pinggir kota yang dulu pernah meloloskannya menjadi PNS.

Malam itu gw sendirian pergi mencari rumah dukun itu. Setelah sempat muter-muter nanya sana-sini, akhirnya gw tiba di sebuah rumah sederhana yang nyaris tidak terlihat dari jalan raya.

Halamannya yang luas dan tertutup rimbunnya pohon-pohon mangga membuat suasana menjadi sejuk dan tenang. Setelah beberapa kali mengetuk pintu, seorang wanita setengah baya dengan senyum ramahnya membukakan pintu.

“Permisi, apa benar ini rumahnya Mbak Eva ( nama samaran juga )?” tanya kemudian. “Oh iya, saya sendiri. Silakan masuk, Pak!” Setelah dipersilakan duduk, tanpa basa-basi gw segera memperkenalkan diri dan langsung mengutarakan maksud kedatanganku.

“Ooo, jadi Pak Wendi ini juga pengen jadi PNS tohhhh?” “Iya Mbak! Saya juga sudah membawa sebotol madu murni sebagai syarat, seperti yang dikatakan teman saya.” Gw menyodorkan satu botol madu murni kepada Mbak Eva .

“Kalau begitu, silakan Pak Wendi ikut saya ke dalam!” Mbak Eva beranjak dari duduknya sambil membawa botol madu yang gw berikan tadi. Beliau berjalan menuju ke sebuah kamar di ujung ruangan.

Dari belakang gw membuntutinya sambil memperhatikan gerakan pantat montoknya yang membuatku menelan ludah. Sesampainya di dalam ruangan yang redup itu, Mbak Eva menutup pintu dan menyuruhku membuka pakaianku. “Maaf ya Pak Pak ! Tolong pakaiannya di lepas dan silakan berbaring di ranjang itu! Kita akan segera memulai ritualnya!” “Semuanya, Mbak?” tanyaku malu-malu.

Mbak Eva tersenyum, “Pak Wendi gak usah malu. Anggap saja saya tidak ada. Toh ini kan juga demi cita-cita Pak Wendi !” Mbak Eva benar, pikirku. Lagi pula gw sudah terlanjur datang ke sini, jadi gw tidak perlu malu lagi.

Sementara Mbak Eva menyiapkan kelengkapan ritual, gw segera menanggalkan semua busanaku kemudian berbaring di atas ranjang yang tidak terlalu empuk itu. Beberapa saat kemudian, dengan sebotol madu di tangannya, Mbak Eva datang dan duduk di sampingku. Sesaat gw sempat melihat Mbak Eva mengamati tubuh telanjangku.

Pandangannya terkesan liar, seolah tengah melihat ayam panggang yang siap untuk di santap. Dengan duduk bersimpuh di sampingku, Mbak Eva mulai menuangkan madu murni itu ke sekujur tubuhku. Gw memejamkan mata saat tangan lembut Mbak Eva mulai menyentuh dada gw, meratakan madu yang lengket itu ke setiap sudut tubuhku.

Jemarinya yang lentik dengan lihai menari-nari, meremas-remas dada bidangku dan putingnya, dan mempermainkan bulu-bulu halus yang tumbuh di atasnya. Gw menggigit bibirku sendiri, mencoba mengendalikan aliran darahku yang bergejolak menuju ke arah pangkal paha gw.

“Pak Wendi sudah punya pacar?” tanya Mbak Eva memecah keheningan. “Eh, saya baru menikah enam bulan yang lalu, Mbak!” “ehmmm… jadi masih pengantin baru to! Wah, lagi panas-panasnya dong, Pak !” kata Mbak Eva meledek. “Ah, Mbak Eva ini bisa saja!” Tanpa sengaja tanganku menyentuh lutut Mbak Eva ketika beliau memindahkan tanganku yang tadi menutupi kemaluanku.

Gw juga sempat melirik pahanya yang sedikit tersingkap. Wah, mulus juga pahanya, pikirku. Tanganku jadi betah berlama-lama di atas paha mulus itu. Mbak Eva membiarkannya ketika tanganku mengelusnya. Bahkan beliau malah melebarkan pahanya. Seolah memberikan tanganku peluang untuk bergerak menelusuri paha bagian dalamnya.

Darahku semakin mendidih manakala dengan lincahnya jemari Mbak Eva turun ke perutku, membelai bulu-bulu halusnya dan memijat perutku, yang keras dan liat. “Wah… badan Pak Wendi kekar juga yah? Tinggi lagi. Pasti Pak Wendi rajin olah raga.” “Ya, setiap enam hari dalam seminggu, setiap pagi dan sore saya usahakan untuk olah raga meskipun hanya sejam.

Biasanya sih saya rutin fitnes.” “wahhhh.. pantesan adik Pak Wendi gede!” “Maksud Mbak Eva , adik yang mana?” tanyaku pura-pura bodoh. “Maksud saya adik yang ini…..” kata Mbak Eva sambil meremas kejantananku tanpa rasa canggung. Ada rasa kaget sekaligus senang dengan perlakuan Mbak Eva .

Beliau dengan lembut melumuri kejantananku dengan madu, kemudian mengocoknya pelan. “opsttt … Mbak! Enak…!” gw melenguh nikmat. Gw juga semakin berani dengan menyingkap roknya dan memilin pahanya lebih jauh lagi. Dan ternyata Mbak Eva menanggapi positif tindakanku itu.

Terbukti dengan ia sedikit mengangkat pantatnya agar gw bisa mencapai pangkal pahanya. Wow! Sekali lagi gw terkejut sekaligus senang manakala tanganku menyentuh rambut-rambut halus di antara pangkal paha Mbak Eva .

Ternyata beliau sudah tidak memakai celana dalam. Perlahan-lahan gw mulai menggosok bibir memek Mbak Eva yang sudah basah itu dengan jariku. Mbak Eva bertambah kelojotan dan semakin bersemangat mengocok batang kontolku. Perlahan-lahan batang kejantananku itu mulai membesar dan mengeras.

Tanpa rasa jijik, Mbak Eva mulai menjilati sisa-sisa madu yang menempel di sekitar pangkal paha gw, melumat buah zakarku, kemudian bergerak naik menyapu urat-urat kontolku yang sudah bertonjolan.

“Gimana Pak? Enak kan?” tanya Mbak Eva di sela-sela aksinya. “Ahh… nikmat banget Mbak! Saya belum pernah merasakan senikmat ini!” Gw memang belum begitu berpengalaman dalam hal sex. Selama berhubungan dengan isteriku, kami hanya melakukan dengan cara konvensional saja.

Namun kali ini Mbak Eva memberikan pelajaran baru yang ekstrim. Ekstrim enak… Terbukti ketika Mbak Eva dengan lembut memasukkan ujung kontolku ke mulut mungilnya, langsung saja berjuta kenikmatan menghampiriku.

“ohhhhh..yeahhh nak, Mbak!” nafasku semakin memburu. gw merintih-rintih nikmat, namun Mbak Eva masih asyik mempermainkan kontolku di dalam rongga mulutnya. Gw juga semakin berani. Kutarik roknya sampai terlepas. Bahkan Mbak Eva juga turut melepaskan kaosnya sendiri. Gila! Di usianya yang sudah tidak muda lagi, ternya Mbak Eva masih memiliki tubuh yang bagus.

Kulitnya putih mulus, Tokednya yang kencang dan montok, serta pantatnya yang bulat menggemaskan membuatku seolah ingin mengunyahnya. Oh, sungguh seksi sekali dukun ini. “wakzzz…. kontol Pak Wendi memang luar biasa besarnya. Hhhmmmm…. saya memang sudah lama mendambakan kontol sebesar ini.Hhhmmm…!” dengan rakus Mbak Eva kembali melumat kejantananku.

Kali ini beliau mengangkangi tubuhku dan menyodorkan memeknya tepat ke wajahku. Dengan naluriku, gw mendekatkan mulutku ke memek Mbak Eva yang merekah merah. Bau harum yang keluar sangat merangsang syaraf otakku untuk menjilatnya.

Perlahan-lahan kujulurkan lidahku, dan kusapu permukaan memeknya dengan lembut. “ohhhhh..yahhhhh… begitu Pak ! Jilat terus punya saya….!Oooghhh…tuhan!” Mbak Eva bertambah semangat mempermainkan kontolku di dalam mulutnya.

Sementara tangannya mengocok batang kontolku, kepalanya juga bergerak naik turun. Sesekali beliau menyedot-nyedot ujung kontolku kuat-kuat. Cukup lama kami dalam posisi ini, saling menjilat, mengulum dan mengocok kemaluan masing-masing. Berapa saat kemudian Mbak Eva melepaskan kulumannya.

“Gimana, Pak Wendi Suka kan?” tanya Mbak Eva sambil tersenyum pada gw. Gw hanya mengangguk pelan sambil menikmati jemari Mbak Eva yang masih memijit-mijit batang kontolku.

“Berdasarkan pengamatan saya, kebanyakan orang yang mempunyai kontol besar mempunyai keinginan yang besar pula. Saya yakin, kali ini Pak Wendi pasti akan bisa jadi Pegawai Negeri.” kata Mbak Eva menjelaskan.

“Tapi sekarang, biarkan saya bersenang-senang dulu dengan kontol Pak Wendi yang besar ini!” Mbak Eva mengambil posisi duduk di atas paha gw. Perlahan-lahan beliau meraih kejantananku dan membimbingnya menuju ke liang sugawinya yang sudah basah.

Dia terlihat meringis saat ujung kontolku mulai memasuki memiawnya yang hangat. Entah karena memiaw Mbak Eva yang sempit, ataukah karena kontolku yang besar, proses penetrasi itu berjalan dengan lambat namun nikmat.

Mbak Eva tampak susah payah berusaha agar batang kontolku bisa masuk utuh ke dalam memiawnya. Sampai akhirnya… “Aaougghh…. aduh Pak Wendi ! Gede banget kontolmu!” tubuh Mbak Eva yang mulus tampak berkilat-kilat oleh cucuran keringatnya.

Beberapa kali ia menghirup nafas dalam-dalam sambil membiarkan batang kontolku terbenam dalam rongga memeknya yang sempit. Beberapa saat kemudian Mbak Eva mulai beraksi. Dengan kedua tangannya bertumpu pada dada bidangku, beliau mulai mengayunkan pantatnya naik-turun.

“uuhhhhh… ohhhhhhhh…!” Gw mendesah-desah keenakan. Kedua tanganku memegang pinggul Mbak Eva untuk mengatur gerakan naik-turunnya. Sesekali tanganku juga merayap naik, menggapai dua buah benda kenyal yang melambai-lambai indah seiring dengan gerakan naik turun tubuhnya.

Dengan liar Mbak Eva menghentak-hentakkan pantatnya, meliuk-liuk di atas tubuhku, seperti seekor ular betina yang tengah membelit mangsanya. Terkadang beliau juga membuat goyangan memutar-mutar pantatnya sehingga jepitan memeknya terasa mantap. Batang kontolku terasa seperti di pelintir dan dipijit-pijit di dalam lubang kenikmatan itu.

Terasa sangat hangat dan nikmat. Ooouuuhhh… Semakin lama gerakan Mbak Eva semakin liar tak terkendali. Menghujam-hujam kejantananku semakin dalam dan mentok sampai dinding terdalam rongga memeknya. Nafas kami juga semakin memburu, seperti bunyi lokomotif tua yang berjalan dengan sisa-sisa tenaganya.

“Oh, Pak Wendi …, saya…sudah…nggak kuat…lagi…! Mbak Eva menjerit nikmat berbarengan dengan muncratnya magma panas dari dalam rahimnya. Beliau mencengkeram kuat-kuat dada gw. Seolah ingin menancapkan kuku-kukunya ke dalam bukit dada gw. “Ooohhh… sebentar lagi Mbak! Saya juga sudah mau keluar… ooohhh… yeaahhh….!” Gw juga mempercepat gerakanku.

Meskipun Mbak Eva terlihat lelah, namun gw masih bisa menopang tubuhnya dan menggerakkan pinggulnya ke atas dan ke bawah. Beberapa menit kemudian, gw merasakan batang kontolku semakin mengencang dan mulai berdenyut-denyut.

Gw segera mempercepat gerakanku. Kuhentak-hentakkan tubuh Mbak Eva . Bunyi berkecipak semakin terdengar nyaring. Sampai akhirnya….. “Saya… keluar Mbak! Oogghhh…!” gw meregang nikmat bersamaan dengan menyemburnya sperma di dalam rongga kenikmatan Mbak Eva .

Seketika tubuhku lemas. Gw sudah tak mampu lagi menopang beban Mbak Eva yang berada di atas tubuhku. Beliau ambruk menindih tubuhku sementara batang kejantananku masih tetap menancap di memeknya yang hangat. Dalam hati gw kagum dengan wanita ini.

Beliau telah memberikan pengalaman baru dalam bercinta. Belum pernah gw merasakan pengalaman senikmat ini dalam berhubungan sex. “Pak Wendi memang benar-benar hebat!” kata Mbak Eva sambil membelai dan sesekali menciumi bulu-bulu halus di dadaku.

“Mbak juga hebat! Belum pernah saya sepuas ini, Mbak!” Gw mengecup kening beliau dan membelai-belai rambut dan Tokednya yang terurai panjang. Tak berapa lama kemudian kami pun terlelap saling berpelukan. Entah sudah berapa lama gw terpejam, ketika gw merasakan sesuatu yang merayap di atas perutku. Sesuatu yang hangat dan lembut.

Perlahan gw membuka mataku, ternyata Mbak Eva tengah asyik menciumi, menjilati dan melumat permukaan kulit perut sixpackku. “Aahhh…, Mbak Eva masih pengen nambah lagi?” desahku pelan.

Mbak Eva tersenyum manja, “Habis…, kontol Pak Wendi guede sih! Siapa sih yang gak ketagihan ama kontol segede ini!” “Ah, Mbak Eva ini bisa aja!” gw hanya merem melek, menikmati tangan beliau yang bermain main nakal di selangkanganku.

Dengan lembut Beliau membelai kejantananku dan mengurut-urutnya dengan jempol dan telunjuknya. Terasa nikmat memang. Mbak Eva bertambah antusias ketika batang kontolku mulai membesar dan mengeras.

Dan dengan rakus, Mbak Eva mulai menjilatinya, melumat dan mengocok kejantananku dengan mulut mungilnya. “Aaahhh…, aaahhh…, enak Mbak! Oohhh…!” gw hanya bisa mengerang keenakan. “Hhhhmmm…., Pak Wendi mau yang lebih enak lagi?” tanya Mbak Eva menggoda. “Emang ada yang lebih nikmat, Mbak?” “Coba Pak Wendi berdiri!” gw menuruti perintah Mbak Eva .

Dengan kondisi tubuhku masih telanjang bulat, gw berdiri di atas ranjang. Sementara itu, Mbak Eva yang berlutut di hadapanku tampak memandangi batang kejantananku yang sudah berdiri mengangguk-angguk. Perlahan-lahan Mbak Eva meraihnya dan mengocoknya dengan lembut. Kukira beliau akan memasukkan batang kontolku ke dalam mulutnya, tapi ternyata tidak.

Beliau ternyata malah menggosok-gosokkan batang kontolku di permukaan Tokednya yang lembut. “Oohhh…. yaaahhh! Enak banget Mbak!” “Ini masih belum seberapa, Pak ! Coba Pak Wendi rasakan yang ini…” Mbak Eva menggeser batang kontolku dan menyelipkannya di antara belahan Tokednya. “Sekarang, coba ayunkan pantat Mas Wendi !” Gw menurut saja.

Perlahan-lahan gw mengayunkan pantatku maju dan mundur, sementara Mbak Eva menekan-nekan Tokednya kencang sehingga batang kontolku terasa terjepit-jepit diantara susunya yang kenyal. “Oouuhhh…! Mbak Eva memang benar-benar pandai memanjakan pria! Ini benar-benar luar biasa, Mbak!” gw mendesah-desah nikmat.

Susu Mbak Eva yang menekan-nekan kontolku membuat diriku serasa melayang. Lama juga kami melakukan foreplay ini. Sampai akhirnya Mbak Eva meminta gw untuk segera menuntaskan permainan itu. “Aahhh…, Pak Wendi ! Mbak sudah kepengen banget nih!” rengek Mbak Eva .

Beliau melepaskan jepitan susunya dan kemudian mengambil posisi seperti orang sedang menungging. Meskipun gw masih belum begitu pengalaman, namun gw sudah pernah melihat posisi seperti itu dalam film porno. Perlahan-lahan gw membimbing kejantananku yang sudah berdiri keras ke arah lubang kewanitaan Mbak Eva yang menganga dari belakan.

Mbak Eva tampak menggigit bibir sendiri ketika gw mulai menggesek-gesekkan ujung kontolku di bibir memeknya. “Ooouhhh…, ooohhh…! Cepetan masukin dong Pak !” rengek Mbak Eva . Pelan-pelan kutusukkan ujung kejantananku ke arah memek Mbak Eva yang memerah.

“Aahhhh…!” gw melenguh nikmat. Di usianya yang sudah tidak muda lagi, tapi Mbak Eva masih memiliki memiaw yang seret lagi keset. Jepitannya masih terasa kuat, seolah-olah ingin meremukkan batang kontolku. Terlebih ketika seluruh batang kontolku tertanam dan terhisap di dalam rongga memiawnya. Sesaat gw membiarkan kontolku tertancap.

Kemudian, pelan tapi pasti gw mulai mengayunkan pantatku maju-mundur. “Aaaahhhh…, yeaahhh….! Sodokanmu mantep banget Pak Wendi , Ooohhh…!” Mbak Eva mengoceh tak karuan.

Ah-uh-ah-uh, oh-yeh-oh-yeh! Beliau juga hanya bisa meremas-remas seprei kusut itu saat gerakanku mulai cepat. Lama juga kami bermain dalam posisi doggy itu, sampai akhirnya Mbak Eva terlihat sangat lelah. “Aduh…, Oouhhh… kita istirahat dulu ya sayang! Ooohhh…!”

Gw mencabut kontolku, sedangkan Mbak Eva terguling ke samping dan terkapar dengan tubuh bersimbah keringat. Payudaranya yang montok tampak naik turun seiring dengan deru nafasnya yang terengah-engah. Setelah mengatur nafas beberapa saat, gwpun mulai melanjutkan aksiku.

Kubentangkan kaki Mbak Eva ke samping lebar-lebar, kuangkat kaki kanannya dan kuletakkan di atas bahuku. Perlahan-lahan kutarik pinggang Mbak Eva dan kuarahkan batang kontolku menuju liang surgawinya yang menganga, dan sleeeep…! Kembali kejantananku tertanam dalam lobang hangat itu.

“Aduuhh…, pelan-pelan dong sayang!” rintih Mbak Eva . Kembali gw ayunkan pantatku perlahan-lahan namun pasti. Mbak Eva yang berada di bawahku tampak kelojotan menikmati aksiku ini. Terlebih ketika gw membercepat ayunanku dan menekan kuat-kuat batang kontolku ke dalam rahimnya.

Beliau hanya bisa mengerang nikmat sambil mencengkeram kuat-kuat otot-otot lengan dan dadaku. Sambil terus bergerak maju mundur, seskali gw meremas-remas, menjilat, dan menciumi Tokednya. “Iyaah…aaghhh! Terus sayang…yahhh…yaahh…oouugghhh…. !” Mbak Eva mengoceh tak karuan. Namun gw tidak menghiraukannya. Gw terus memompa tubuh seksinya dengan gerakan mengorek-ngorek lubang nikmat itu.

Semakin lama gerakanku semakin liar. “Ooohh…, Pak ! Saya sudah nggak sanggup lagi…., Ooohhh…., saya mau keluarrr….!” Gw merasakan dinding-dinding memek Mbak Eva mengerut dan berdenyut-denyut, mencengkeram dan meremas-remas batang kontolku dari dalam.

Semakin lama kedutan memek Mbak Eva semain cepat, hal yang sama juga terjadi padaku. Batang kontolku sudah terasa ngilu dan berdenyut-denyut. Sampai akhirnya….. “Aaarrggghhh….! Gw keluar lagi Pak !” Mbak Eva menjerit puas.

Gw semakin mempercepat gerakanku, mengoyak-ngoyak isi memek Mbak Eva . Namun sebelum sperma keluar, gw segera mencabut kontolku. Sambil mengocoknya dengan tanganku, gw menyodorkan batang kontolku ke bibir Mbak Eva yang terbuka. Gw semakin mempercepat kocokan tanganku sampai akhirnya….

“Aaaaggghh….aaaghh….aaaghhh…!” Crot…crot…croottt! Cairan putih kental muncrat beberapa kali ke mulut Mbak Eva . Tanpa rasa jijik beliau menelan habis spermaku, kemudian menjilati sisanya yang masih menempel di batang kontolku. Seketika tubuhku lemas, tulang-tulangku seolah rontok. Dan gw pun terkapar di sisi Mbak Eva .

“Oh, Pak Wendi benar-benar perkasa! Terima kasih ya Pak !” gw memeluk tubuh Mbak Eva dan mencium keningnya. Beliau tampak tersenyum puas sambil meletakkan kepalanya di atas dadaku dan mengusap-usap bulu-bulu halus di atasnya. “Kalau saya berhasil jadi Pegawai Negeri, Mbak Eva mau minta apa?” tanyaku kemudian.

Mbak Eva bangkit dan duduk bersimpuh di sampingku. “Saya tidak minta apa-apa kok, Pak !” beliau tersenyum, “Pak Wendi tidak perlu membelikan saya apapun! Saya cuma minta ini…..” Mbak Eva meraih kontolku yang terkulai tak berdaya. Kemudian mengurut-urutnya dengan jemarinya yang lentik.

“Maksud Mbak Eva ?” tanyaku tidak mengerti. “Kalau Pak Wendi berhasil jadi PNS, saya cuma ingin Pak Wendi mengunjungi saya setiap seminggu dua sampai tiga kali, memberi saya jatah untuk dient*t pakai punya Pak Wendi yang besar dan panjang ini…..” lanjut beliau sambil menjilati sisa-sisa sperma yang masih lengket di batang kontolku.

“Ah, kalau itu sih gampang! Dengan senang hati saya akan selalu siap melayani mbak!” Mendengar jawabanku Mbak Eva kegirangan. Dan beliau kembali menggugah birahiku dengan memberikan kuluman dan kocokan di batang kontolku. Beberapa minggu kemudian akhirnya gw benar-benar lolos menjadi PNS.

Dan setelah dilaksanakan pelantikan, gw memenuhi janjiku kepada Mbak Eva . Setiap kali ada kesempatan, gw selalu berkunjung ke tempat Mbak Eva . Tentu saja untuk memberinya kepuasan.

Dan selama berhubungan dengannya, beliau masih saja mengakui kejantananku dalam bermain cinta!

Bagikan ke yang lainnya
Telegram
Tutup
Tutup