Lensaxxx

Dapet Ngentot Gratis Gara-Gara Dari Sms Nyasar

Perkenalkan nama saya Windy (nama samaran saya), lulus kuliah baru bulan kemarin di suatu perguruan tinggi tekemukan di Jogya, cerita ini baru saya alami dalam bebrepa bulan kemarin tepatnya bulan Januari, dimulai dari saya kirim SMS ke seorang cewek yang sudah lama tidak berjumpa, karena sudah lama tidak berhubungan saya kehilangan nomer kontaknya, kemudian saya meminta temenku nomernya (katanya dia sih punya) suatu ketika langsung saya kirimkan SMS kepada dia yang berisi bahwa saya kangen ingin bertemu dengannya.

Saat sudah aku kirimkan SMS tadi saya tunggu berjam juga tidak ada balasan, dan ketika itu saya mengirimkan ulang lagi dengan saya kasih nama saya di belakangnya, selang beberapa waktu yang saya SMS miss call ke hapeku, karena saya dalam perjalan naik motor, kemudian saya kirim SMS lagi ke dia yang isinya “bentar saya lagi dalam perjalanan nanti saya hubungi setelah sampai ketujuan”

Setelah yang kujanjikan tadi saya baru telepon si dia, Hallo Anita “tanya saya” dia menjawab “maaf anda salah orang”, ternyata yang saya telepon salah orang sambil menahan malu saya mau kumatikan teleponku, tetapi lawan bicara saya segera bertanya “yang anda cari siapa? dengan nada mendesah” saya jawab “saya sedang mencari teman lama saya yang hampir 6 tahun tidak ada kabarnya” singkat kata kami kemudian berkenalan ternyata yang saya telepon salah sambung namanya Maya.

Sejak saat itu, kami sering berkirim SMS. Kadang-kadang gw malah menelponnya. Namun, tidak ada niat sedikitpun dalam diriku untuk menemuinya, atau melihat wajahnya. Toh tidak ada maksud apa-apa, pikirku. Dua bulan berjalan sejak perkenalan itu, entah mengapa, isi pesan SMS berubah menjadi hal-hal yang agak menjurus ke sex.

Tiga bulan berjalan sejak perkenalan kami lewat telepon. Tiba-tiba, Maya mengirim SMS yang menyatakan ingin bertemu. Mengapa tidak, kupikir. Toh tidak ada ruginya untukku. Saat itu pikiranku belum berpikir jauh sampai ke sex. Kami janjian sore pukul 17.00. Kebetulan hari itu hari libur. Setelah tiba di tempat yang dijanjikan, gw segera meneleponnya. Gua pake sweater pink, kata Maya.

Segera kutemui Maya yang sedang berdiri menunggu. Hai, Maya ya?, tanyagw. Maya segera tersenyum. Wajahnya memang tidak cantik, tubuhnya pun tidak aduhai seperti poster swimsuit di majalah Popular. Namun, gw memang tidak terlalu mempermasalahkan penampilan fisik. Segera kuperkenalkan diriku. Gua Windy, katagw. Memang pergaulanku dengan wanita tidak intens, sehingga saat itu gw sedikit gugup. Namun, segera kututupi kegugupanku dengan sedikit jaim (jaga image).

Kami segera menjadi akrab. Kami berbicara sebentar sambil menikmati makanan di sebuah food court. Windy, suka nyanyi-nyanyi gak?, tanya Maya setelah kami selesai makan. Suka, tapi tidak di depan umum, begitu jawabku. Sama dong. Kalo gitu, mau gak kamu saya ajak utk nyanyi di karaoke? Kita bisa pesan private room kok, jadi tidak ada orang lain. tanya Maya. Kupikir, asyik juga ya, untuk melepas lelah. Segera kami meluncur ke sebuah karaoke terdekat menggunakan mobilku.

Setibanya di sana, kami memesan tempat untuk dua orang. Kami segera dituntun masuk oleh seorang wanita. Ruangannya agak remang-remang, dan ditutupi gorden, jadi memang tidak akan terlihat dari luar. Sambil waitress menyiapkan ruangan, kami memesan minuman. Maya permisi kepadagw untuk ke toilet. Tepat setelah waitress menyiapkan ruangan dan minuman, Maya kembali. Kurasa agak aneh waktu itu karena aroma wewangiannya kian tajam. Namun, tidak kupedulikan.Segera kami mulai memasang lagu kesukaan kami, dan kami bernyanyi-nyanyi. Sampai tibalah kami di lagu yang kelima. Maya memesan lagu yang lembut, dan agak romantis.

Sebelum lagu tersebut dimulai, tak sengaja punggung tanganku menyentuh punggung tangan Maya. Halus sekali, pikirku. Sayang sekali tanganku untuk berpindah dari punggung tangannya, sehingga kubiarkan saja di situ. Maya pun diam saja, tidak berusaha melepaskan sentuhan tangannya dari tanganku. Dingin ya?, tanya Maya, kepadagw, sambil melihat tanganku. Iya, jawabku mengangguk lemah. Segera Maya mendekatkan tanganku ke tangannya. Tanganku segera menggenggam jari-jarinya.

Kami bernyanyi sambil menikmati kehangatan tersebut. Pelan-pelan, naluriku mulai berjalan. Ingin sekali gw mengelus pipinya yang lembut, namun gw agak takut-takut. Perlahan-lahan Maya mendekatkan bahunya ke bahuku sehingga kami duduk sangat dekat.Wangi aroma tubuh Maya segera membius diriku. Tak kupedulikan lagi ketakutanku. Segera kubelai pipi dan kening Maya. Ia menatapku. Gw balas menatapnya. Lalu kuusap lembut rambutnya. Darah kelelakianku segera berdesir. Kukecup keningnya. Maya diam saja. Kukecup rambut dan pipinya, segera aroma tubuhnya kembali membius diriku. Maya benar-benar kuperlakukan seperti pacarku sendiri. Tiba-tiba timbul gelora yang besar untuk memeluknya. Maya sepertinya mengerti karena dia segera mengubah posisi duduknya sehingga memudahkanku untuk memeluknya.

Segera kupeluk Maya dengan rasa sayang.Tiba-tiba Maya menarik tanganku ke dada kirinya. Segera kurasakan bagian lembut kewanitaannya tersebut. Nikmat sekali, namun dengan rasa agak takut. Pelan-pelan kusentuh buah dadanya yang lembut itu. Maya diam saja. Gw mulai berani. Ku elus-elus buah dadanya, perlahan-lahan, dengan gerakan memutar, tanpa menyentuh bagian putingnya. Gw semakin berani. Tangan kananku kumasukkan ke dalam sweater merahnya. Segera ku elus bukit lembut tersebut di bagian pinggirannya.

Ku putar-putar tanganku mengelilingi putingnya. Setelah beberapa saat, kusentuh putingnya. Ternyata putingnya sudah mengeras. Lalu kuremas dengan lembut. Maya mendesah. Ssshh, desahnya.Kulanjutkan penjelajahanku ke dada kanannya. Kuulangi hal yang sama. Lagi-lagi Maya mendesah. Segera ia memagut bibirku, dan melumatnya. Saat kujulurkan lidahku, segera dihisapnya kuat-kuat. Oh, nikmat sekali berciuman seperti ini, pikirku karena memang gw belum pernah berciuman dengan wanita. Badanku bergetar hebat, karena gw belum pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Kami lanjutkan permainan kami beberapa saat. Setelah itu, kami berhenti untuk menikmati minuman kami.

Kusodorkan sedotan minumanku untuk diminum terlebih dulu oleh Maya. Kemudian kami lanjutkan nyanyian kami sambil berpelukan. Nyaman sekali rasanya saat itu.Kuteruskan permainan tanganku dengan lembut, mengelus dan meremas dengan lembut buah dada Maya. Maya kembali memagut bibirku.
Kami berciuman hebat. Tiba-tiba Maya menarik tanganku, dan memasukan tanganku ke dalam celana panjangnya. Segera terasa bulu-bulu halus kemaluannya tersentuh oleh tanganku. Pelan-pelan kudorong tanganku ke bawah, menuju organ intimnya. Segera terasa tanganku menyentuh vaginanya yang hangat dan basah. Montok kan punya gua?, begitu ungkap Maya saat tanganku mengelus lembut vaginanya. Segera kuiyakan pertanyaannya itu, padahal gw tidak bisa membedakan seperti apa vagina yang tidak montok. Kuusap terus vaginanya, seraya desahan Maya mengiringi gerakanku. Sssh.. Oh, Windy.

Baru kamu laki-laki yang bisa memperlakukanku dengan lembut, begitu terus desahnya. Tersanjung juga gw dipuji dirinya.Kami terus bercumbu sampai tak terasa dua jam berlalu. Windy, kamu jangan pulang dulu ya. Gw ingin dikelonin sama kamu. Temani sebentar gw di hotel ya?, tanya Maya kepada gw.
Saat itu, gw agak takut. Takut gw tidak bisa menahan diri untuk tidak tidur dengannya. Segera kuingat ajaran2 agama yang melarangku melakukannya. Namun sepertinya Maya mengerti ketakutanku. Gw cuma minta dibelai kok. Tidak lebih. Ya, Windy?, tanyanya dengan mata memohon. Berat sekali rasanya untuk mengiyakan permintaannya. Di satu sisi, gw takut sekali melanggar ajaran agama. Lagipula, gw banyak tugas yang malam itu harus kuselesaikan. Namun sisi kemanusiaanku membuat gw tidak tega menolaknya. Baiklah, tapi tidak lebih dari itu ya?, jawabku. Iya, gua janji deh, kata Maya lagi.

Kami segera keluar dari ruangan, membayar ke kasir, dan meluncur ke sebuah hotel menggunakan mobilku. Maya menjadi penunjuk jalan. Setelah membayar uang deposit di kasir hotel, kami segera melenggang ke dalam kamar. Di dalam kamar, gw menyalakan televisi.
Sejenak kami menikmati sebuah film. Tak lama kemudian, Maya membentangkan tubuhnya di kamar tsb. Windy, sini dong, kata Maya. Gw mengubah posisi duduk ku di ranjang mendekati Maya.

Gw dalam posisi duduk, sementara Maya sudah telentang. Windy, belai gw lagi ya, kata Maya. Segera tanganku mengelus dahi Maya. Kuelus-elus dahinya beberapa lama, turun ke pipi, lalu ke rambutnya yang panjang. Maya menikmati gerakanku sambil menutup mata. Lalu kusandarkan tubuhku ke ranjang, kukecup lembut kening dan dahinya.
Maya membuka matanya, tersenyum. Lalu kucium kelopak matanya. Maya benar-benar menikmati perlakuanku. Perlahan kukecup lembut bibirnya. Gw hanya menyentuhkan bibirku di bibirnya. Namun segera Maya menjerat bibirku di bibirnya. Dilumat bibirku dengan bergairah, sementara tangannya dengan kuat memelukku. Kujulurkan lidahku untuk menyentuh bibir bawahnya, namun Maya segera menghisap bibirku tersebut.

Segera kuarahkan ciumanku ke bagian telinganya, dan kujilat bagian dalam daun telinganya dengan lidahku. Maya meronta-ronta dan mendesah. Aduh Windy, geli sekali. Teruskan Windy, katanya. Kucumbu Maya terus di telinganya. Kemudian kuarahkan cumbuanku ke lehernya.
Maya mendesah hebat. Ssshh.. sshh.. ohh, desah Maya. Gw tidak bisa menahan diriku lagi. Maya, boleh kubuka bajumu?, tanyagw pelan kepada Maya. Maya mengangguk, tersenyum. Perlahan-lahan kubuka kancing bajunya. Terlihatlah tubuhnya yang putih mulus, dengan bra berwarna biru. Kulanjutkan ciumanku di seputar payudaranya.

Tak lupa kukecup pelan ketiaknya yang bersih tanpa bulu. Maya mengerang. Windy, buka BH gua dong, pinta Maya. Segera kuarahkan tanganku ke punggungnya untuk membuka BHnya. Sulit sekali membuka BHnya. Maklum, belum pernah gw membuka BH wanita.
Setelah terbuka, pelan-pelan kutanggalkan BHnya. Segera tampak bukit indahnya yang putih bersih, tanpa cacat, dengan puting kecoklatan. Indah sekali, pikirku. Ingin sekali gw menciumnya. Kupindahkan BHnya dan bajunya ke meja supaya tidak kusut.

Lalu, pelan-pelan kubasahi buah dadanya dengan lidahku. Kuputar wajahku memutari tokednya. Maya mendesah lagi. Gerakan itu terus kuulang beberapa kali, lalu berpindah ke toked kanannya. Di sana kuulangi lagi gerakanku sebelum akhirnya lidahku tiba di puncak tokednya. Kubasahi putingnya dengan lidahku, kumain-mainkan, kukulum, dan kuhisap.
Maya mengerang-ngerang. Aduh, Windy..ssh..ssh.. geli sekali. Terus Windy… Sambil mengulum putingnya, pelan2 kuelus bagian perutnya. Auw.. enak Windy.., Maya menekan wajahku ke dadanya. Kira-kira 15 menit Maya kuperlakukan seperti itu. Windy, bukain celanaku dong.., pinta Maya. Segera kubuka kancing celananya, dan kupelorotkan ke bawah. Terlihatlah pahanya yang putih bersih, dan kewanitaannya yang masih tertutupi Celana Dalam warna hitam. Masih mengulum putingnya, segera kuarahkan tanganku ke selangkangannya. Kuelus-elus perlahan.

Kugerakan tanganku dari dekat lututnya, terus bergerak sedikit demi sedikit ke arah pangkal pahanya.ohh.., rintih Maya menahan kenikmatan yang kuberikan. Kuelus vaginanya yang masih tertutupi CD. Ternyata CD-nya sudah basah. Kubelai pelan-pelan bagian tersebut. Maya meronta-ronta, dijepitnya tanganku dengan kedua belah pahanya. Oh.. ohh.. ronta Maya. Gantian tangan Maya yang masuk ke celana dalamku. Dipegangnya Kontolku, lalu dikocok pelan-pelan. Uuh, nikmat sekali rasanya..

Windy, buka celana dalam gua.., pinta Maya. Jangan Maya, gua gak berani melakukan itu.. katagw.Gw bukan bermaksud munafik, tapi gw memang benar-benar takut saat itu, karena belum pernah melakukannya. Tak apa-apa, Windy, tidak usah dimasukin. Gua cuma minta diciumi aja, pinta Maya memohon. Akhirnya kubuka celana dalam Maya. Kunikmati pemandangan indah dihadapanku. Oh, indah sekali makhluk bernama wanita ini, pikirku. Elus lagi, Windy.., pinta Maya.

Perlahan-lahan, tanganku mulai mengelus bibir vaginanya yang sudah basah. Kuputar-putar jariku dengan lembut di sana. Lagi-lagi Maya meronta. Ohh..ohh. Ke atas lagi Windy. Elus klitorisku, begitu desahnya perlahan. Gw tidak tahu persis di mana klitoris. Gw terus mengelus bibir vaginanya. Segera tangan Maya membimbing tanganku ke klitorisnya.Baru sekali itu gw tahu bentuk klitoris.

Mungil dan menggemaskan. Dengan lembut kuputar-putar jariku di atas klitorisnya. Setiap 5 putaran, Maya langsung mengepit tanganku dengan pahanya. Sepertinya ia benar2 menikmati perlakuanku. Windy, tolong hisap klitorisku, yah?, pinta Maya. Gw sedikit ragu, dan jijik. Pake tangan aja yah, Maya.., gw berusaha menolak dengan halus. Tolong dong, Windy.
Sekali ini saja. Nanti gantian deh , pinta Maya. Gw masih berat hati menghisapnya. Maya, maaf ya. Tapi kan itu kemaluan. Apa nanti… Belum selesai gw bicara, Maya segera memotongku. Kemaluanku bersih kok, Windy. Gw selalu menggunakan antiseptik. Tolong ya.. sebentar saja, kok, pinta Maya lagi.Perlahan-lahan kudekatkan mulutku ke memeknya Maya.

Segera tercium aroma yang tidak bisa kugambarkan. Perlahan-lahan kujulurkan lidahku ke klitorisnya. Gw takut sekali kalau rasanya tidak enak atau bau. Kukecap lidahku ke vaginanya. Ternyata tawar, tidak ada rasa apa-apa. Terus, Windy..ohh.. enak sekali, desah Maya. Kuulangi lagi, pelan-pelan. Lama-lama rasa takut dan jijikku hilang, malah berganti dengan gairah. Kuulang-ulang menjilati vaginanya. Maya makin mendesah. ooh.. oohh.. ohh.. ohh.

Maya menggenggam jari telunjukku, lalu memasukkan ke dalam liang vaginanya. Kamu nanti tidak kesakitan?, tanyaku kepadanya. Ia menggeleng pelan. Lalu, kuputar-putar jariku di dalam vaginanya. Ahh.., Maya menjerit kecil. Kuputar jariku tanpa menghentikan jilatanku ke vaginanya.Saat kuarahkan jariku ke langit-langit memeknya, terasa ada bagian yang agak kasar. Kuelus pelan bagian tersebut, berkali-kali. ‘Ya, terus di situ Windy.. ahh.. enak sekali..

Kuteruskan untuk beberapa saat. Maya makin membuka lebar-lebar pahanya. Tiba-tiba Maya menggerakkan pantatnya ke atas dan bawah, berlawanan dengan arah jilatanku. Ah Windy.. gw mau keluaar.. erang Maya. Maya makin mempercepat gerakannya, dan tiba-tiba gerakan pantatnya dia hentikan, lalu dikepitnya kepalagw dengan pahanya. Ahh.. Windy..gw keluar, desahnya. Segera kupeluk tubuh Maya, dan kugenggam tangannya erat.

Kubiarkan Maya menikmati orgasmenya. Setelah beberapa saat, kuelus-elus dahi dan rambutnya. Windy, enak sekali, kata Maya. Gw diam saja.Sekarang gantian, ya, kata Maya. Gw mengangguk pasrah, antara mau dan takut. Diputarnya tubuhku sehingga tubuhnya menindih tubuhku sekarang. Dibukanya celana dan celana dalamku. Malu sekali rasanya saat itu. Segera kututupi Kontolku yang masih terduduk lemas.

Sepertinya Maya mengerti perasaanku. Ia segera mematikan lampu kamar. Gw merasa lebih tenang jadinya. Lalu, dibukanya pahagw yang menutupi Kontolku. Maya segera meraba-raba Kontolku. Oh, geli sekali rasanya. Rasa geli itu membuatku secara refleks menggelinjang. Maya tertawa. Enak kan, Windy? tanyanya menggodagw. Sial nih orang, pikirku. Dikerjain gua. Mau diterusin gak, Windy? tanya Maya sambil menggoda lagi. Gw hanya mengangguk.Saat itu Kontolku belum berdiri. Aneh sekali. Padahal biasanya kalo melihat adegan yg sedikit porno, punyagw langsung keras.

Akhirnya Maya mendekatkan mulutnya ke Kontolku. Dikecupnya ujung Kontolku perlahan. Ada getaran dashyat dalam diriku saat kecupannya mendarat di sana. Windy, punya kamu enak. Bersih dan terawat, ujar Maya. Geer juga gw dipuji begitu. Dipegangnya gagang Kontolku, lalu Maya mulai menjilati Kontolku. Ya ampun, pikirku. Geli sekali.. Secara reflek gw meronta, melepaskan Kontolku dari mulut Maya. Kenapa, Windy?, tanya Maya.


Gua gak tahan. Geli banget, sih?, katagw protes. Ya udah, pelan-pelan aja, ya?, kata Maya. Gw mengangguk lagi. Maya mulai memperlambat tempo permainannya. Rasa geli masih menjalari tubuhku, tapi dengan diikuti rasa nyaman.Kuperhatikan Maya menjilati Kontolku, tak terasa Kontolku segera mengeras. Maya senang sekali melihatnya. Segera dilahap kembali Kontolku itu, kali ini sambil dikocok-kocok dengan tangannya.

Sekali lagi gw disiksanya dengan rasa geli yang amat sangat. Kunikmati permainannya, tak terkira nikmatnya. Ya ampun, baru sekali ini kurasakan kenikmatan yang tiada tara seperti ini. Ah.., tak kuasa gw menahan desahanku. Windy, kumasukan ya punyamu?, tanya Maya. Nanti kamu sakit, gak?, tanyagw. Gw sudah tak bisa menguasai diri lagi.

Ingin sekali rasanya Kontolku dikepit oleh vaginanya. Ya, kalau gw yang ngontrol sih, gak sakit, kata Maya. Ya udah, kamu yang di atas aja, katagw kepadanya. Maya segera mengubah posisi tubuhnya. Ia kangkangkan pahanya di atas tubuhku, lalu pelan-pelan dibimbingnya Kontolku menuju liang Kontolnya. Ditekannya sedikit, masuklah sedikit ujung Kontolku ke dalam.
Terasa sedikit basah dan licin kemaluannya. Didiamkan punyagw di sana utk beberapa saat. Gw diam menunggu. Lalu ditekannya sedikit lagi. Kali ini punyagw masuk lebih dalam dan makin terasa cairan pelicin kemaluannya.

Sudah sepertiga dari panjang Kontolku yang berada dalam vaginanya. Dia diamkan lagi Kontolku di sana beberapa saat. Ia sedikit mengernyit. Sakit?, kutanya. Iya, tapi gak apa2. , jawab Maya. Kemudian ia mendorong Kontolku makin dalam, hingga akhirnya semua Kontolku tertelan di dalam vaginanya. Terasa basah dan hangat vaginanya. Nikmat dan geli sekali rasanya. Setelah beberapa saat, Maya mulai menggerakkan pinggulnya naik dan turun. Ahh.. enak sekali menikmati Kontolku terjepit dalam vagina Maya.

Gerakan pantat Maya membuat Kontolku terkocok, dan segera gw merasakan kenikmatan yang tiada tara. Maya pun seakan-akan begitu. Ohh.. ohh.. ohh.. ohh, Maya mengerang-ngerang.
Maya terus menggerakan pinggulnya naik dan turun selama beberapa saat dengan diiringi desahan. Tiba-tiba ia berhenti. Entah mengapa tiba-tiba ada perasaan kesal dalam diriku.
Namun, ternyata Maya tidak berhenti begitu saja. Kini pinggulnya digerakan tidak naik-turun lagi, tapi maju mundur, dan terkadang berputar. Sepertinya Maya sangat menikmati gerakan ini, terbukti erangannya semakin sering. Ah.. ah.. ahh.. ahh.., desahnya terus, tanpa henti. Kuremas dengan lembut payudaranya, Maya makin merintih. Sssh.. ssh.. sshh.. enak Windy.

Makin lama gerakan Maya makin cepat. Windy, gw mau keluar lagi, Windy.. rintihnya. Gw pun merasa Kontolku berdenyut kencang. Maya, tolong lepaskan, gw mau keluar, katagw. Gw takut sekali kalau sampai Maya hamil. Tapi Maya tidak mau melepaskan Kontolku.
Ditekannya kuat tanganku dengan kedua tangannya sehingga gw tidak bisa melepaskan diri darinya. Tiba-tiba kurasa Kontolku menyemburkan cairan kuat di dalam vaginanya. Aduh, Maya, jangan.. nanti kamu hamil.., teriakku, sesaat sebelum cairanku keluar. Tapi semua sudah terlambat. Semua cairanku sudah keluar dalam vaginanya.

Nikmat sekali rasanya, namun terasa lemas tubuhku sesudahnya. Segera otot-otot Kontolku mengerut, dan menjadi kecil kembali. Maya dengan kecewa melepaskan Kontolku. Maya, kalo kamu hamil gimana, tanyagw dengan setengah takut. Tenang aja, Windy. Gua pake alat kontrasepsi kok. Kamu gak perlu takut, ya?, kata Maya menenangkan diriku. Kemudian, Maya segera memijat-mijt Kontolku. Dielus, dan di kulum lagi seperti tadi.

Tak lama, Kontolku segera mengejang lagi. Segera Kontolku dimasukan lagi oleh Maya ke vaginanya. Kembali Maya melakukan gerakan maju mundur tadi. ohh.. ohh.. ohh.. oohh, erangnya. Kuremas lembut tokednya. Ssshh.. sshh.. sshh, begitu terus rintihannya. Selama beberapa saat Maya mengocok Kontolku dengan vaginanya, sampai akhirnya ia berteriak. Windy, gw hampir keluar, desah Maya. Segera Maya mempercepat gerakannya. Gw pun membantunya dengan menggerakan pinggulku berlawanan dengan arah gerakannya. Ahh.. Windy, gw keluar, desahnya agak keras.

Sejenak ia menikmati orgasmenya, sebelum rubuh ke dalam pelukanku. Kubiarkan ia menikmati orgasmenya, kuelus rambutnya, dan kukecup keningnya. Kami berpelukan, dan tidur tanpa busana sampai pagi hari. Alangkah Indahnya Hidup ini dibuat oleh Maya dan gw tak akan pernah melupakan kenangan terindah di malam pertama bersama Maya walaupun kini gw gat au kabarnya si Maya ini! HIkz….hikzzzz…. nasib2 salah kirim sms dapat ngentot cewek gratis! hehehehehe…

Bagikan ke yang lainnya
Telegram
Tutup
Tutup