Lensaxxx

Menikmati Toket Janda Genit Tetangga Rumah Ku

Pembaca, aku ingin berbagi pengalaman pertamaku bercinta dengan wanita. Ini terjadi saat aku baru duduk di bangku SLTP kelas 3. Waktu itu aku tinggal di pinggiran kota Jakarta yang masih banyak penduduk Betawinya.

Di sebelah rumahku tinggal keluarga Betawi, anak lelaki bungsunya teman bermainku. Dia mempunyai 3 orang kakak perempuan. Yang akan aku ceritakan di sini adalah kakaknya yang bernama Vanie. Seorang janda beranak satu. Usianya saat itu kira-kira 38 tahunan.

Sebagai tetangga sebelah rumah, aku cukup akrab dengan semua anggota keluarga, sehingga aku bisa keluar masuk rumahnya dengan leluasa. Oh iya, sebelum aku lupa, mpok Vanie ini orangnya hitam manis dengan payudara lumayan besar (mungkin ukuran 36C). Entahlah, aku sendiri saat itu tidak tahu persis, karena masih “ingusan”. Yang aku tahu, ukurannya cukup membuat anak seusiaku menelan ludah, kalau melihatnya.

Seperti orang Betawi jaman dulu pada umumnya, mpok Vanie ini suka sekali, terutama kalau hari sedang panas, cuma mengenakan bra saja dan rok bawah. Mungkin untuk mendapatkan kesegaran. Nah aku seringkali melihat si mpok dalam “mode” seperti ini. Usiaku saat itu sudah memungkinkan untuk bergairah melihat tonjolan payudaranya yang hanya ditutupi bra.

Tapi yang paling membuatku menahan nafas adalah bentuk dan goyangan pantatnya. Pinggul dan pantatnya bulat dan bentuknya “nonggeng” di belakang. Kalau berjalan, pantatnya bergoyang sedemikian rupa membuat gairah remajaku yang baru tumbuh selalu tergoda.

Pembaca, mpok Vanie ini sudah tiga kali menjanda, dan semua warga kampung kami sudah tahu bahwa mpok Vanie ini memang “nakal” sehingga tidak ada pria yang betah berlama-lama menjadi suaminya. Mpok Vanie ini suka sekali menggodaku dengan mengatakan bahwa dia pengen sekali merasakan keperjakaanku (saat itu aku memang masih perjaka, belum pernah sekalipun merasakan wanita, pacaranpun baru sebatas mencium dan memeluk saja).

Suatu kali, selepas maghrib, aku ke rumahnya. Tadinya aku ingin mengajak Ucok, adiknya yang temanku untuk main. Aku masuk lewat pintu belakang karena memang sudah akrab sekali. Tapi di belakang rumahnya itu, ada mpok Vanie yang sedang duduk di kursi dekat sumur (sumurnya masih pake timba).

Aku bertanya ke si mpok, “Pok, Ucok ada?”.

“Kagak, dia ikut baba (Bapak) ama nyak (Ibu) ke Depok.” jawab si mpok.
“Wah, jadi mpok sendirian dong di rumah?” tanyaku basa basi.
“Iya, asyik kan? Kita bisa pacaran.” sahut si mpok.

Aku cuma tertawa, karena memang sudah biasa dia ngomong begitu.
“Duduk dulu dong Sur, ngobrol ama mpok ngapa sih.” katanya.

Akupun duduk di kursi sebelah kirinya, si mpok sedang minum anggur cap orangtua. Aku tahu dia memang suka minum anggur, mungkin itu juga sebabnya tidak ada suami yang betah sama dia.

“Si Kamir mana pok?” tanyaku menanyakan anaknya.
“Diajak ke Depok.” sahutnya pendek.
“Mau minum nggak Sur?” dia nawarin anggurnya.

Entah kenapa, aku tidak menolak. Bukannya sok alim pembaca, aku juga suka minum, cuma karena orang tuaku termasuk berada, biasanya aku hanya minum minuman dari luar negeri. Tapi saat itu aku minum juga anggur yang ditawarkan mpok Vanie.

Jadilah kami minum sambil ngobrol ngalor ngidul. Tak terasa sudah satu botol kami habiskan berdua. Dan aku mulai terpengaruh alkohol dalam anggur itu, namun aku pura-pura masih kuat, karena kulihat mpok Vanie belum terpengaruh. Gengsi.

Aku mulai memperhatikan mpok Vanie lebih teliti (terutama setelah dipengaruhi alkohol murahan itu). Pandanganku tertuju ke toketnya yang hanya ditutupi bra hitam yang agak kekecilan. Sehingga toketnya seperti mau meloncat keluar. Wajahnya cukup manis, agak ke arab-araban, kulitnya hitam tapi mulus. Baru sekarang aku menyadari bahwa ternyata mpok Vanie manis juga. Rupanya pengaruh alkohol sudah mendominasi pikiranku.

Merasa diperhatikan si Mpok membusungkan dadanya, membuat penis remajaku mulai mengeras. Dan dengan sengaja dia membuat gerakan menggaruk toket kirinya sambil memperhatikan reaksiku. Tentu saja aku belingsatan dibuatnya. Sambil menggaruk toketnya perlahan si Mpok bertanya.

“Sur kok bengong gitu sih?”

Bukannya kaget, aku yang sudah setengah mabok itu malah menjawab terus terang, “Abis tetek Mpok gede banget, bikin saya napsu aja.”

Eh, dia malah merogoh toket kirinya, terus dikeluarkan dari branya.
“Kalo napsu, pegang aja Sur. Nih,” katanya sambil mengasongkan toketnya ke depan.
“Diemut juga boleh Sur.” tambahnya.

Aku yang sudah mabok alkohol, semakin pusing karena ditambah mabok kepayang akibat tantangan Mpok Vanie.

“Boleh pok?” tanyaku lugu.

“Dari dulu kan Mpok udah pengen buka “segel” Surya. Suryanya aja yang jual mahal.” katanya sambil memegang kepalaku dengan tangan kirinya dan menekan kepalaku ke arah toketnya.

Aku pasrah, perlahan mukaku mendekat ke arah toket kirinya yang sudah dikeluarkan dari bra itu. Dan hidungku menyentuh pentilnya yang cokelat kehitaman. Segera aroma yang aneh tapi membuat kepalaku seperti hilang menyergap hidungku. Dan keluguanku membuat aku hanya puas mencium dengan hidungku, menghirup aroma toket Mpok Vanie saja.

“Sur.” tegur Mpok Vanie.
“Apa Mpok?” tanyaku sambil menengadah.
“Jangan cuma diendus gitu ngapa. Keluarin lidah Surya, jilatin pentil Mpok, terus diemut juga. Ayo coba” Mpok Vanie mengajariku sambil kembali tangannya menekan kepalaku.

Aku menurut, kukeluarkan lidahku, dan kujilati sekitar pentilnya yang kurasakan semakin keras di lidahku. Dan sesekali kuemut pentilnya seperti bayi yang menyusu pada ibunya. Ku dengar Mpok Vanie mengerang, tangannya meremas rambutku dan berkata.

“Naah, gitu Sur. Terusin Waann. Gigit pentil Mpok Sur, tapi jangan kenceng gigitnya, pelan aja.” pinta si Mpok.

Akupun menuruti permintaannya. Kugigit pentilnya pelan, erangan dan desahannya semakin keras. Dengan lembut si Mpok menarik kepalaku dari toketnya, wajahku ditengadahkan, lalu dia mencium bibirku dengan penuh gairah. Bibirku diemut dan lidahnya bermain dengan lincahnya di dalam mulutku. Aku terpesona dengan permainan lidahnya yang baru sekali ini kurasakan.

Getaran yang diberikan Mpok Vanie melalui lidahnya menjalar dari sekujur bibirku sampai ke seluruh tubuhku dan akhirnya masuk ke jantungku. Aku terbawa ke awang-awang. TIdak hanya itu, Mpok Vanie menjilati sekujur wajahku, dari mulai daguku, ke hidungku, mataku semua dijilat tak terlewat satu sentipun. Terakhir lidah Mpok Vanie menyapu telingaku, bergetar rasanya seluruh tubuhku merasakan sensasi yang Mpok Vanie berikan ini.

Sambil menjilati telingaku, tangannya menarik tanganku dan dibawanya ke toketnya, sambil membisikkan, “Remes-remes tetek Mpok dong Waann.” Aku menurutinya, dan kudengar desahan si Mpok yang membuatku semakin bergairah, sehingga remasanku pada teteknya juga semakin intens.

“Aauugghh.. Sshh.. Naahh gitu Sur.”

Lalu diapun kembali menjilati daerah telingaku. Aku semakin terbuai dengan permainan Mpok Vanie yang ternyata sangat mengasyikkan untukku ini. Lalu Mpok Vanie kembali menciumi bibirku, dan kami saling berpagutan.

Aku jadi mengikuti permainan lidah Mpok Vanie, lidah kami saling membelit, menjilat mulut masing-masing. Kembali kurasakan tekanan tangan Mpok Vanie yang membimbing kepalaku ke leher dan telinganya. Akupun melakukan seperti yang dilakukan Mpok Vanie tadi.

Kujilati telinganya, dan dia mendesah kenikmatan. Lagi, dia menekan kepalaku untuk mencapai teteknya yang semakin mencuat pentilnya. Aku mencoba mengambil inisiatif untuk memegang vaginanya. Tangan kiriku bergerak turun untuk menyentuh bagian paling intim Mpok Vanie. Tapi Mpok Vanie menahan tanganku.

“Nanti dong Sur, sabar ya sayaanng.” Aku sudah gemetar menahan gairah yang kurasakan mendesak di sekujur tubuhku.

“Pook, Surya pengen pook.” pintaku.
“Pengen apa Sur,” tanya Mpok Vanie menggodaku.
“Pengen liat itu.” kataku sambil menunjuk ke selangkangan Mpok Vanie yang masih tertutup rok merah dari bahan yang tipis.
“Pengen liat memek Mpok?” Mpok Vanie menegaskan apa yang kuminta.
“Iya pok.” jawabku.

“Itu sih gampang, tinggal Mpok singkapin rok Mpok, udah keliatan tuh.” kata Mpok Vanie sambil menyingkapkan roknya ke atas, sehingga terlihat celana dalamnya yang berwarna biru tua.

Dan kulihat segunduk daging di balik CD biru tua itu. Aku menelan ludah dan terpaksa menahan untuk tidak limbung. Sungguh luar biasa bentuk gundukan di balik CD itu. Aku memang baru pertama kali melihat gundukan memek, tapi aku yakin kalo gundukan memek Mpok Vanie sangat montok alias tembem sekali.

Dan Mpok Vanie memang sengaja ingin menggodaku, dia menahan singkapan roknya itu beberapa lama, dan saat aku ingin menyentuhnya, dia kembali menutupnya sambil tertawa menggoda.

“Jangan disini dong Sur. Ntar kita digerebek lagi kalo ada yang tau.” kata Mpok Vanie sambil berdiri dan menuntun tanganku ke dalam rumahnya.

Bagai kerbau dicocok hidungnya akupun menurut saja. Aku sudah pasrah, aku ingin sekali merasakan nikmatnya Mpok Vanie. Dan yang pasti aku sudah telanjur hanyut oleh permainannya yang pandai sekali membawaku ke dalam jebakan kenikmatan permainan sorgawinya.

Mpok Vanie menuntunku ke kamarnya. Tempat tidurnya hanya berupa kasur yang diletakkan di atas karpet vinyl, tanpa tempat tidur. Lalu mpok Vanie mengajakku duduk di kasur. Kami masih berpegangan tangan. Mpok Vanie melumat bibirku, dan kami berpagutan kembali. Lalu mpok Vanie menghentikan ciuman kami. Dia menatapku dengan tajam, lalu bertanya.

“Sur, kamu bener-bener pengen ngeliat memek mpok?”

Aku mengangguk, karena pertanyaan ini membuatku tidak bisa menjawab. Semakin mabok rasanya. Mpok Vanie kemudian melepaskan rok dan bra yang dipakainya dan sekarang tinggal CDnya saja yang masih tersisa. Kembali aku menelan ludah. Dan pandanganku terpaku pada gundukan di balik celana dalam mpok Vanie. Betapa montoknya gundukan memek mpok Vanie.

Lalu mpok Vanie berbaring telentang, kemudian dengan gerakan perlahan, mpok Vanie mulai menurunkan CD sehingga terlepaslah sudah. Aku yang masih duduk agak jauh dari posisi memek mpok Vanie cuma bisa menahan gairah yang menggelegak di dalam jantung dan hatiku.

Benar saja, memek mpok Vanie sangat tebal, dagingnya terlihat begitu menggairahkan. Dengan bulu yang lebat, semakin membuatku tidak karuan rasanya.

“Katanya pengen ngeliat, sini dong liatnya dari deket Sur,” kata mpok Vanie.
“I iya pok,” sahutku terbata sambil mendekatkan wajahku ke selangkangan mpok Vanie. Dia melebarkan kedua pahanya sehingga membuka jalan bagiku untuk lebih mendekat ke memeknya.
“Niih, puas-puasin deh liatin memek mpok, Sur.” kata mpok Vanie.

Setelah dekat, apa yang kulihat sungguh membuatku tidak kuat untuk tidak gemetar. Belahan daging yang kulihat ini sangat indah, berwarna merah, bulunya lebat sekali menambah keindahan. Di bagian atas, mencuat daging kecil yang seperti menantangku untuk menjamahnya. Aromanya, sebuah aroma yang aneh, namun membuatku semakin horny.

“Udah? Cuma diliatin aja? Nggak mau nyium itil mpok?” pancing mpok Vanie sambil dua jari tangan kanannya menggosok-gosok daging kecil yang mencuat di bagian atas memeknya.

“Mm.. Mmau pok. Mau banget.” kataku antusias. Lalu tangan mpok Vanie menekan kepalaku sehingga semakin dekat ke memeknya. “Ya udah cium dong kalo gitu, itil mpok udah nggak tahan pengen Surya ciumin, jilatin, gigitin.”

Dan bibirkupun menyentuh itilnya, kukecup itilnya dengan nafsu yang hampir membuatku pingsan. Aroma kewanitaan mpok Vanie semakin keras menerpa hidungku. Mpok Vanie mendesah saat bibirku menyentuh itilnya. Lalu kejilati itilnya dengan semangat, tidak hanya itilnya, tapi juga bibir memek mpok Vanie yang tebal itu aku jilati. Jilatanku membuat mpok Vanie mengejang seraya mendesah dan mengerang hebat.

“Sshh.. Aarrgghh.. Gitu Sur.. Oogghh..”

Suara rintihan dan desahan mpok Vanie membuatku semakin bergairah menjilati seluruh bagian memek mpok Vanie. Bahkan sekarang kumasukkan lidahku ke dalam jepitan bibir memek mpok Vanie. Tangan mpok Vanie menekan kepalaku, sehingga wajahku semakin terbenam dalam selangkangan mpok Vanie. Agak susah juga aku bernafas, tapi aku senang sekali.

Kumasukkan lidahku ke dalam lubang nikmat mpok Vanie, lalu ku jelajahi lorong memeknya sejauh lidahku mampu menjangkaunya. Tiba-tiba, kurasakan lidahku seperti ada mengemut. Luar biasa, rupanya memek mpok Vanie membalas permainan lidahku dengan denyutan yang kurasakan seperti mengemut lidahku. Tubuh mpok Vanie menggelinjang keras, pinggulnya berputar sehingga kepalaku ikut berputar.

Tapi itu tidak menghentikan permainan lidahku di dalam jepitan daging memek mpok Vanie. Desahan mpok Vanie semakin keras begitu juga dengan gerakan pinggulnya, aku semakin bersemangat menjilati, dan sesekali aku menjepit itilnya dengan kedua bibirku, dan rupanya ini sangat membuat mpok Vanie terangsang, terbukti setiap kali aku menjepit itilnya dengan bibir, mpok Vanie mengejang dan mendesah lebih keras.

“Sshh, aarrghhgghh, Sur, itu enak banget Sur..”

Tapi, putaran pinggul mpok Vanie terhenti, sebagai gantinya, sesekali dia menghentakkan pantatnya ke atas. Hentakan-hentakan ini membuat wajahku seperti mengangguk-angguk. Erangannya semakin keras, dan tiba-tiba dia menjerit kecil, tubuhnya mengejang, pantatnya diangkat keatas, sedangkan tangannya menekan kepalaku dengan kencang ke memeknya. Dan kurasakan di dalam memek mpok Vanie ada cairan yang membanjir dan ada rasa gurih yang nikmat sekali pada lidahku.

Desahan mpok Vanie seperti sedang menahan sakit. Tapi belakangan baru aku tahu bahwa ternyata mpok Vanie sedang mengalami orgasme. Dan pantat mpok Vanie berputar pelan sambil terkadang terhentak keatas, dan tubuhnya mengejang. Sementara itu, cairan yang membanjir keluar itu ada yang tertelan sedikit olehku, tapi setelah aku tahu bahwa rasanya enak, akupun menjilati sisa cairan yang masih mengalir keluar dari memek mpok Vanie. Mpok Vanie kembali menggeliat dan mengerang seperti orang sedang menahan sakit.

Kepalaku masih terjepit dipahanya, dan mulutkupun masih terbenam di memeknya. Tapi aku tak peduli, aku menikmati sekali posisi ini. Dan tak ingin cepat-cepat melepaskannya. Tak lama kemudian, mpok Vanie merenggangkan pahanya sehingga kepalaku bisa bebas lagi. Kemudian mpok Vanie menarik tanganku. Aku mengikuti tarikannya, badanku sekarang menindih tubuhnya, kambali bibir kami berpagutan. Lidah saling belit dalam gelora nafsu kami.

Lalu mpok Vanie melepaskan ciumannya dan berkata, “Sur, terima kasih ya. Enak banget deh. Mpok puas. Ayo sekarang giliran mpok.”

Mpok Vanie bangun dari tidurnya dan akupun duduk. Dia mulai membuka pakaianku dimulai dari kemejaku. Setiap kali satu kancing baju terlepas, mpok Vanie mengecup bagian tubuhku yang terbuka. Dan saat semua kancing sudah terlepas, mpok Vanie mulai menjilati dadaku, pentilku disedotnya.

Aku merasakan sesuatu yang aneh namun membuatku semakin bernafsu. Sambil menjilati bagian atas tubuhku, tangan mpok Vanie bekerj membuka celana panjangku dan melemparkannya ke lantai. Sekarang aku hanya tinggal mengenak CD saja. Mpok Vanie menyuruhku berbaring telentang. Aku menurut.

Lalu CD ku diperosotkannya melalui kakiku, aku membantu dengan menaikkan kakiku sehingga mpok Vanie lebih mudah melepaskan CDku. Dunia seperti terbalik rasanya saat tangan mpok Vanie mulai menggenggam tititku dan mengelus serta mengocoknya perlahan.

“Lumayan juga titit kamu Sur. Gede juga, keras lagi.” celetuk mpok Vanie.

Tak membuang waktu, mpok Vanie segera menurunkan wajahnya sehingga mulutnya menyentuh kepala tititku. Dikecupnya kepala tititku dengan lembut, kemudian dikeluarkannya lidahnya, mulai menjilati kepala, lalu batang dan turun ke.. Bijiku. Semua dilakukannya sambil mengocok tititku dengan gerakan halus.

Lidahnya bergerak turun naik dengan lincahnya membuatku semakin tidak terkendali. Aku mendesah dan mengerang merasakan kenikmatan dan sensasi yang mpok Vanie berikan. Sungguh luar biasa permainan lidah mpok Vanie.

Setelah beberapa lama, mpok Vanie menghentikan lidahnya. Rupanya dia sudah merasa bahwa tingkat ereksiku sudah cukup untuk memulai permainan.

“Udah Sur, sekarang Surya masukkin kontol Surya ke memek mpok. Adduhh, mpok udah nggak sabar pengen disiram sama perjaka. Biar mpok awet muda Sur.” kata mpok Vanie.

Aku tak mengerti maksud mpok Vanie, tapi yang jelas, sekarang mpok Vanie kembali tiduran dan menyuruhku mulai mengambil posisi di atasnya. Mpok Vanie melebarkan kedua kakinya sehingga aku bisa masuk di antara kakinya itu. Kemudian mpok Vanie memegang tititku dan mengarahkannya ke memeknya yang sudah menanti untuk kumasuki. Mpok Vanie meletakkan tititku di depan memeknya, kemudian berkata, “Nah, sekarang teken Sur.”

Aku tidak menunggu lebih lama lagi. Segera kutekan tititku memasuki kegelapan memek mpok Vanie. Kurasakan tititku seperti dijepit daging yang sangat keras namun lembut dan kenyal, agak licin tapi sekaligus juga agak seret.

“Aagghh.. Pelan dulu Sur,” pinta mpok Vanie.

Saat kepala tititku sudah masuk, mpok Vanie menggoyangkan pinggulnya sedikit, membuatku semakin mudah untuk memasukkan seluruh tititku. Dan akhirnya terbenamlah sudah tititku di dalam memeknya. Jepitannya kuat sekali, namun ada kelicinan yang membuatku merasa seperti di dalam sorga. Kemudian mpok Vanie terdiam.

DIa berkonsentrasi agaknya, karena tahu-tahu kurasakan tititku seperti disedot oleh memek mpok Vanie. Ya ampuun, rasanya mau meledak tubuhku merasakan denyutan di memek mpok Vanie ini. Tititku seperti dijepit dan tidak bisa kugerakkan. Seperti ada cincin yang mengikat tititku di dalam memek mpok Vanie. Aku agak bingung, karena aku tidak bisa bergerak sama sekali.

“Mpok, apa nih?” aku bertanya.

“Enak nggak Sur?” tanya mpok Vanie.

“Iya pok, enak banget. Apaan tuh tadi pok?” aku kembali bertanya.

Mpok Vanie tidak menjawab, hanya tersenyum penuh kebanggaan. Kemudian mpok Vanie melepaskan jepitan memeknya pada tititku.

“Sekarang kamu gerakin keluar masuk titit kamu ya Sur.” perintah mpok Vanie.

Dan akupun mulai permainan sesungguhnya, kugerakkan tititku keluar masuk di lorong kenikmatan mpok Vanie. Setiap gerakan yang kubuat menimbulkan sensasi yang luar biasa, baik untukku maupun untuk mpok Vanie.

Mula-mula pelan saja gerakanku, tapi lama-lama, mungkin karena nafsu yang semakin besar, gerakanku semakin cepat. Dan mpok Vanie mengimbangi gerakanku dengan putaran pinggulnya yang mengombang-ambingkan tubuhku. Putaran pinggul mpok Vanie membuat seperti ada yang mau meledak dalam diriku.

“Hhgghh.. Oogghh.. Sshh, Waann. Kamu jago banget waann..” desah pok Vanie.

Aku tidak tahu apa maksudnya, namun pujiannya membuatku semakin memacu “motor”ku menerobos kegelapan di lorong mpok Vanie. Lalu mpok menghentikan putaran pinggulnya dan melingkarkan kakinya ke kakiku sehingga kembali aku tidak bisa bergerak leluasa.

“Sur, sekarang kamu diem aja, kamu rasain aja mpot ayam mpok.” perintahnya.

Lagi, aku tak tahu apa maksudnya, namun mpok Vanie mencium bibirku dan lidahnya mengajakku berpagutan kembali.

“Mpok udah mau keluar lagi nih Sur, kita barengin ya sayang, mpok tanggung pasti enak deh.” kata mpok Vanie.

Tubuh mpok Vanie diam, namun kurasakan tititku seperti dijepit dan dipijit dengan lembut, benar-benar luar biasa memek mpok Vanie. Kembali desakan lahar dalam diriku menuntut dikeluarkan. Dan denyutan memek mpok Vanie terus saja mengemuti tititku membuatku merem melek. Dan akhirnya aku benar-benar tidak kuat menahan lahar yang mendesak itu.

“Mpookk.. Adduuhh.. Sayaa..” aku tidak dapat meneruskan kata-kataku, tapi mpok Vanie rupanya mengerti bahwa aku sudah hampir mencapai klimaksku.

“Tahan Sur, mpok juga mau nyampe nih, Barengin ya Sur.” kata mpok Vanie.

Aku tak peduli, karena aku tidak bisa menahannya, dengan erangan panjang, aku merasakan tititku mengeras dan tubuhku mengejang. Kuhunjamkan tititku dalam-dalam ke memek mpok Vanie, dan menyemburlah lahar yang sudah mendesak dari tadi ke dalam memek mpok Vanie.

“Mpookk.. Aagghh..”

Croott… Crroott… Mpok Vaniepun menjerit kecil dan tubuhnya menegang, tangannya memeluk dengan kuat. Di dalam kegelapan memek mpok Vanie, semprotan air maniku bercampur dengan banjirnya air mani mpok Vanie. Aku tak bisa mengungkapkan bagaimana enaknya sensasi yang kurasakan.

Pinggul mpok Vanie bergetar, dan menghentak dengan kerasnya. Memeknya berdenyut-denyut, enak sekali. Banyak selaki lahar yang kumuntahkan di memek mpok Vanie, ditambah lahar mpok Vanie, rupanya tidak mampu ditampung semuanya, sehingga sebagian meleleh keluar dari memek mpok Vanie dan turun ke belahan pantatnya.

Lama kami berdiam dalam posisi masih berpelukan, tititku masih terbenam di memek mpok Vanie. Tubuh kami bersimbah peluh, nafas kami masih memburu. Kemudian, mpok Vanie tersenyum, lalu menciumku.

“Kamu hebat banget Sur. Baru pertama aja udah bisa bikin mpok puas. Gimana nanti kalo udah jago.” kata mpok Vanie.

“Pok, Ma kasih ya pok. Enak banget deh tadi pok.” kataku.

“Sama-sama Sur, mpok juga terima kasih udah dikasih perjaka kamu. Besok mau lagi nggak?” tantang mpok Vanie.

“Mau dong pok, siapa yang nggak mau memek enak kayak gini.” jawabku sambil mengecup bibirnya. Dan kamipun kembali berpagutan.

Itulah pengalaman pertamaku dengan wanita. Sejak itu, mulailah petualanganku dengan wanita-wanita yang lain. Mpok Vanie telah memberi pelajaran yang sangat nikmat.

Bagikan ke yang lainnya
Telegram
Tutup
Tutup