Lensaxxx

Tiga Dara Cantik Ngajakin Ngentot Di Hotel

Entah mengapa, semakin sering aku melakukan making love dengan seseorang, membuat kehidupan sex aku semakin baik aja. Dan entah semuanya itu semakin bisa aku nikmati. Mungkin semua ini adalah dampak dari terlalu tingginya libiloku sehingga saat aku mood, tidak jarang setelah pulang kerja aku melakukan dengan teman kantorku.

Aku selalu bersyukur mempunyai kelebihan dalam urusan bercinta. Ditambah Pengetahuan sex aku yang aku dapatkan dari film bf, buku-buku sampai obrolan-obrolan dengan teman di kantorku, membuat aku semakin bisa menyelami tentang apa itu sex. Sehingga aku benar-benar fasih dalam menerjemahkan apa yang aku dapat dari pengetahuan tentang sex. Itu terbukti dengan keluarnya banyak pujian dari para teman making love aku. Rata-rata mereka sangat puas saat bercinta denganku, dan mereka menemukan, merasakan dan menikmati sesuatu yang sebelumnya belum pernah mereka rasakan dalam masalah sex.

Cerita ini berawal dari perkenalanku dengan seorang wanita karir, yang entah bagaimana ceritanya wanita karir tersebut mengetahui nomor kantorku.

Siang itu disaat aku hendak makan siang tiba-tiba telepon line ku berbunyi dan ternyata operator memberitau saya kalau ada telepon dari seorag wanita yang engak mau menyebutkan namanya dan setelah kau angkat.

“Hallo, selamat siang Nikol,” suara wanita yang sangat manja terdengar.
“Helo juga, siapa ya ini?” tanyaku serius.
“Namaku Sandrina,” kata wanita tersebut mengenalkan diri.
“Maaf, Mbak Sandrina tahu nomor telepon kantor saya dari mana?” tanyaku menyelidiki.
“Oya, aku temannya Alice dan dari dia aku dapat nomor kamu,” jelasnya.
“Ooo.. Alice,” kataku datar.

Aku mengingat kisahku, sebelumnya yang berjudul empat lawan satu. Alice adalah seorang wanita karir yang juga ‘mewarnai’ kehidupan sex aku.

“Gimana kabarnya Alice dan dimana sekarang dia tinggal?” tanyaku.
“Baik, sekarang dia tinggal di Surabaya, dia titip salam kangen sama kamu,” jelas Sandrina.

Sekitar 10 menit, kami berdua mengobrol layaknya orang sudah kenal lama. Suara Sandrina yang lembut dan manja, membuat aku menerka-nerka bagaimana bentuk fisiknya dari wanita tersebut. Saat aku membayangkan bentuk fisiknya, Sandrina membuyarkan lamunanku.

“Hallo.. Nikol, kamu masih disitu?” tanya Sandrina.
“Iya.. Iya Mbak..” kataku gugup.
“Hayo mikirin siapa, lagi mikirin Alice yaa?” tanyanya menggodaku.
“Nggak kok, malahan mikirin Mbak Sandrina tuh,” celetukku.
“Masa sih.. Aku jadi GR deh” dengan nada yang sangat menggoda.
“Nikol, boleh nggak aku bertemu dengan kamu?” tanya Sandrina.
“Boleh aja Mbak.. Bahkan aku senang bisa bertemu dengan kamu,” jawabanku semangat
“Oke deh, kita ketemuan dimana nih?” tanyanya semangat.
“Terserah Mbak deh, Nikol sih ngikut aja?” jawabku pasrah.
“Oke deh, nanti sore aku tunggu kamu di Mc. Donald plasa senayan,” katanya.
“Oke, sampai nanti Nikol.. Aku tunggu kamu jam 18.30,” sambil berkata demikian, aku pun langsung menutup teleponku.

Aku segera meluncur ke kantin untuk makan siang yang sempat tertunda itu. Sambil membayangkan kembali gimana wajah wanita yang barusan saja menelpon aku. Setelah aku selesai makan aku pun langsung segera balik ke kantor untuk melakukan aktivitas selanjutnya.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.00, tiba saatnya aku pulang kantor dan aku segera meluncur ke plasa senayan. Sebelumnya prepare dikantor, aku mandi dan membersihkan diri setelah seharian aku bekerja. Untuk perlengkapan mandi, aku sengaja membelinya dikantin karena aku nggak mau ketemu wanita dengan tanpak kotor dan bau badan, kan aku menjadi nggak pede dengan hal seperti itu.

Tiba di Plasa Senayan, aku segera memarkirkan mobil kijangku dilantai dasar. Jam menunjukkan pukul 18.15. Aku segera menuju ke MC. Donald seperti yang dikatakan Sandrina. Aku segera mengambil tempat duduk disisi pagar jalan, sehingga aku bisa melihat orang lalu lalang diarea pertokaan tersebut.

Saat mataku melihat situasi sekelilingku, bola mataku berhenti pada seorang wanita setengan baya yang duduk sendirian. Menurut perkiraanku, wanita ini berumur sekitar 32 tahun. Wajahnya yang lumayan putih dan juga cantik, membuat aku tertegun, nataku yang nakal, berusaha menjelajahi pemadangan yang indah dipandang yang sangat menggiurkan apa lagi abgian depan yang sangat menonjol itu. Kakinya yang jenjang, ditambah dengan belahan pahanya yang putih dan juga montok dibalik rok mininya, membuat aku semakin gemas. Dalam hatiku, wah betapa bahagianya diriku bila yang aku lihat itu adalah orang yang menghubungiku tadi siang dan aku lebih bahagia lagi bila dapat merasakan tubuhnya yang indah itu.

Tiba-tiba wanita itu berdiri dan menghampiri tempat dudukku. Dadaku berdetuk kencang ketika dia benar-benar mengambil tempat duduk semeja dengan aku.

“Maaf apakah kamu Nikol?” tanyanya sambil menatapku.
“Iy.. Iyaa.. Kamu pasti Sandrina,” tanyaku balik sambil berdiri dan mengulurkan tanganku.

Jarinya yang lentik menyetuh tanganku untuk bersalaman dan darahku terasa mendesr ketika tangannya yang lembut dan juga halus meremas tangaku dengan penuh perasaan.

“Silahkan duduk Sandrina,” kataku sambil menarik satu kursi di depanku.
“Terima kasih,” kata Sandrina sambil tersenyum.
“Dari tadi kamu duduk disitu kok nggak langsung kesini aja sih?” tanyaku.
“Aku tadi sempat ragu-ragu, apakah kamu memang Nikol,” jelasnya.
“Aku juga tadi berpikir, apakah wanita yang cantik itu adalah kamu?” kataku sambil tersenyum.

Kami bercerita panjang lebar tentang apapun yang bisa diceritakan, kadang-kadang kami berdua saling bercanda, saling menggoda dan sesekali bicara yang ‘menyerempet’ ke arah sex. Lesung pipinya yang dalam, menambah cantik saja wajahnya yang semakin matang.

Dari pembicaraan tersebut, terungkaplah kalau Sandrina adalah seorang wanita yang sedang bertugas di Jakarta. Sandrina adalah seorang pengusaha dan kebetulan selama 4 hari dinas di Jakarta.

“Karin, kamu kenal Alice dimana?” tanyaku.

Alice adalah teman chattingku di YM, aku dan Alice sering online bersama. Dan kami terbuka satu sama lain dalam hal apapun. Begitu juga kisah rumah tangga, bahkan masalah sex sekalipun. Mulutnya yang mungil menjelaskan dengan penuh semangat.

“Emangnya Alice menikah kapan? Aku kok nggak pernah diberitahu sih,” tanyaku penuh penasaran.
“Dia menikah dua minggu yang lalu dan aku nggak tahu kenapa dia nggak mau memberi tahu kamu sebelumnya,” Jawabnya penuh pengertian.
“Ooo, begitu..” kataku sambil manggut-manggut.
“Ini adalah hari pertamaku di Jakarta dan aku berencana menginap 4 hari, sampai urusan kantorku selesai,” jelasnya tanpa aku tanya.
“Sebenarnya tadi Alice juga mau dateng tapi berhubung ada acara keluarga jadi kemungkinan dia akan datang besok harinya dia bisa dateng,” jelasnya kembali.
“Memangnya Mbak Sandrina menginap dimana nih?” tanyaku penasaran.
“Kebetulan sama kantor sudah dipesankan kamar buat aku di hotel H..”jelasnya.
“Mmm, emangnya Mbak sama siapa sih?” tanyaku menyelidik.
“Ya sendirilah, Nikol.. Makanya saat itu aku tanya Alice,” katanya
“Tanya apa?” tanyaku mengejar.
“Apakah punya teman yang bisa menemaniku selama aku di Jakarta,” katanya.
“Dan dari situlah aku tahu nomor telepon kamu,” lanjutnya.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 10.25 wib, dan aku lihat sekelilingku pertokoan mulai sepi karena memang sudah mulai larut malam. Dan toko pun sudah mulai tutup.

“Nik.. Kamu mau anter aku balik ke hotel nggak?” tanyanya.
“Boleh, masa iya sih aku tega sih biarin kamu balik ke hotel sendirian,” kataku.

Setelah obrolan singkat, kami segera menuju parkiran mobil dan segera meluncur ke hotel H.. Yang tidak jauh dari pusat pertokoan Plasa Senayan. Aku dan Sandrina bergegas menuju lift untuk naik ke lantai 5, dan sesampainya di depan kamarnya, Sandrina menawarkan aku untuk masuk sejenak. Bau parfum yang mengundang syaraf kelaki-lakianku serasa berontak ketika berjalan dibelakangnya.

Dan ketika aku hendak masuk ternyata ada dua orang wanita yang sedang asyik ngegosip dan mereka pun tersenyum setelah aku masuk kekamarnya. Dalam batinku, aku tenyata dibohongi ternyata dia nggak sendiri. Sandrina pun memperkenalkan teman-temannya yang cantik dan juga sex yang berbadan tinggi dan juga mempunyai payudara yang besar dia adalah Lena (36b) sedangkan yang mempunyai badan yang teramat sexy ini dan juga berpayudara yang sama besarnya bernama Nini (36b). Dan mereka pun mempersilahkan aku duduk.

Tanpa dikomando lagi mereka pun perlahan-lahan memulai membuka pakaian mereka satu persatu, aku hanya bisa melotot saja tak berkedip sekali pun, tak terasa adik kecilku pun segera bangun dari tidurnya dan segera bangun dan langsung mengeras seketika itu juga. Setelah mereka telanjang bulat terlihatlah pemandangan yang sangat indah sekali dengan payudara yang besar, Sandrina pun langsung menciumku dengan ganasnya aku sampai nggak bisa bernafas karena serangan yang sangat mendadak itu dan aku mencoba menghentikannya.

Setelah itu dia pun memohon kepadaku agar aku memberikan kenikmatan yang pernah aku berikan sama Alice dan kawan-kawan. Setelah itu Sandrina pun langsung menciumku dengan garangnya dan aku pun nggak mau tinggal diam aku pun langsung membalas ciumannya dengan garang pula, lidah kamipun beraduan, aku mulai menghisap lidahnya biar dalam dan juga sebaliknya. Sedangkan Lena mengulum penisku ke dalam mulutnya, mengocok dimulutnya yang membuat sensasi yang tidak bisa aku ungkapkan tanpa sadar aku pun mendesah.

“Aaahh enak Len, terus Len hisap terus, aahh..”

Sedangkan Nini menghisap buah zakarku dengan lembutnya membuat aku semakin nggak tertahankan untuk mengakhiri saja permaianan itu. Aku pun mulai menjilati vagina Sandrina dengan lembut dan perlahan-lahan biar dia bisa merasakan permaianan yang aku buat. Sandrina pun menjerit keras sambil berdesis bertanda dia menikmati permainanku itu.

Lenapun nggak mau kalah dia menghisap payudaranya Sandrina sedangkan Nini mencium bibir Sandrina agar tidak berteriak ataupun mendesis. Setelah beberapa lama aku menjilati vaginanya terasa badannya mulai menegang dan dia pun mendesah.
“Nik.. Akuu mauu keeluuarr.”

Nggak beberapa lama keluarlah cairan yang sangat banyak itu akupun langsung menghisapnya sampai bersih tanpa tersisa. Setelah itu aku pun langsung memasukkan penisku ke dalam vagina Sandrina, perlahan-lahan aku masukkan penisku dan sekali hentakan langsung masuk semua ke dalam vaginanya yang sudah basah itu. Aku pun langsung menggenjotnya dengan sangat perlahan-lahan sambil menikamati sodokan demi sodokan yang aku lakukan dan Sandrina pun mulai mendesah nggak karuan.

“Aaahh enak Nik, terus Nik, enak Nik, lebih dalam Nik aahh, sstt..”

Membuat aku bertambah nafsu, goyanganku pun semakin aku percepat dan dia mulai berkicau lagi.

“Aaahh enak Nik, penis kamu enak banget Nik, aahh..”

Setelah beberapa lama aku mengocok, diapun mulai mengejang yang kedua kalinya akupun semakin mempercepat kocokanku dan tak beberapa lama aku mengocoknya keluarlah cairan dengan sangat derasnya dan terasa sekali mengalir disekitar penisku. Akupun segera mencabut penisku yang masih tegang itu. Lena segera mengulum penisku yang masih banyak mengalir cairan Sandrina yang menempel pada penisku, sedangkan Nini menghisap vaginanya Sandrina yang masih keluar dalam vaginanya dengan penuh nafsunya.

Lena pun mulai mengambil posisi, dia diatas sedangkan aku dibawah. Dituntunnya penisku untuk memasuki vaginanya Lena dan serentak langsung masuk. Bless.. Terasa sekali kehangatan didalam vaginanya Lena. Dia pun mulai menaik turunkan pantatnya dan disaat seperti itulah dia mulai mempercepat goyangannya yang membuat aku semakin nggak karuan menahan sensasi yang diberikan oleh Lena.

Nini pun mulai menghisap payudara Lena penuh gairah, sedangkan Sandrina mencium bibir Lena dengan garangnya, Lena mempercepat goyangannya yang membuat aku mendesah.

“Aaahh enak Len.. Terus Len.. Goyang terus Len.. Lebih dalam lagi Len.. Aaahh sstt”

Dan selang beberapa menit aku merasakan penisku mulai berdenyut,

“Len.. Aku.. ingiin keeluuaarr”

Seketika itu juga muncratlah air maniku didalam vaginanya, entah berapa kali munceratnya aku nggak tahu karena terlalu nikmatnya dan diapun masih mengoyang semakin cepat. Seketika itu juga tubuhnya mulai menegang dan terasa sekali vaginanya berdenyut dan selang beberapa lama keluarlah cairan yang sangat banyak sekali, aku pun langsung mengeluarkan penisku yang sudah basah kuyup ditimpa cairan cinta. Mereka pun berebutan menjilati sisa-sia cairan yang masih ada dipenisku, Nini pun langsung menjilati vaginanya Lena yang masih mengalir cairan yang masih menetes di vaginanya. Akupun melihat mereka seperti kelaparan yang sedang berebutan makanan, setelah selang beberapa lama aku mulai memeluk Nini dan aku pun mulai mencium bibirnya dan mulai turun ke lehernya yang jenjang menjadi sasaranku yang mulai menari-nari diatasnya.

“Ooohh.. Nikol.. Geelli..” desah Nini.

Serangan bibirku semakin menjadi-jadi dilehernya, sehingga dia hanya bisa merem melek mengikuti jilatan lidahku.

Lena dan Sandrina mereka asyik berciuman dan saling menjilat payudara mereka. Setelah aku puas dilehernya, aku mulai menurunkan tubuhnya sehingga bibirku sekarang berhadapan dengan 2 buah bukit kembarnya yang masih ketat dan kencang. Aku pun mulai menjilati dan sekali-kali aku gigit puntingnya dengan gigitan kecil yang membuat dia tambah terangsang lagi dan dia medesah.

“Aaahh enak sekali Nik.. Terus Nik hisap terus Nik enak Nik aahh sstt..”

Nini pun membalasnya dengan mencium bibirku dengan nafsunya dan setelah itu turun ke pusar dan setelah itu dia mulai mengulum, mengocok, menjilat penisku didalam mulutnya. Setelah dia puas aku kembali menyerangnya langsung ke arah lubang vaginanya yang memerah dan disekelilingi rambut-rambut yang begitu lebat. Aroma wangi dari lubang kewanitaannya, membuat tubuhku berdesis hebat. Tanpa menunggu lama lagi, lidahku langsung aku julurkan kepermukaan bibir vagina.

Tanganku bereaksi untuk menyibak rambut yang tumbuh disekitar selangkangannya untuk memudahkan aksiku menjilati vaginanya.

“Ssstt.. Nik.. Nikmat sekali.. Ughh,” rintihnya.

Tubuhnya menggelinjang, sesekali diangkat menghindari jilatan lidahku diujung clitorisnya. Gerak tubuh Nini yang terkadang berputar-putar dan naik turun, membuat lidahku semakin menghujam lebih dalam ke lubang vaginanya.

“Nikol.. Gila banget lidah kamu..” rintihnya
“Terus.. Sayang.. Jangan lepaskan..” pintanya.

Paha Nini dibuka lebar sekali sehingga memudahkan lidahku untuk menjilatnya. Nini menggigit bibir bawahnya seakan menahan rasa nikmat yang bergejola dihatinya.

“Oohh.. Nikol, aku nggak tahan.. Ugh..” rintihnya.
“Nikol cepet masukan penis kamu aku sudah nggak tahan nih,” pintanya.

Perlahan aku angkat kaki kanannya dan aku baringkan ranjang yang empuk itu. Batang kemaluanku sudah mulai mencari lubang kewanitaannya dan sekali hentak.

“Bleest..” kepala penisku menggoyang vaginanya Nini.
“Aowww.. Gila besar sekali Nik.. Punya kamu,” Nini merintih.

Gerakan maju mundur pinggulku membuat tubuh Nini mengelinjang hebat danm sesekali memutar pinggulnya sehingga menimbulkan kenikmatan yang luar biasa dibatang kemaluanku.

“Nikol.. Jangan berhenti sayang.. Oogghh,” pinta Nini.

Nini terus menggoyangkan kepalanya kekanan dan kekiri seirama dengan penisku yang menghujam dalam pada lubang kewanitaannya. Sesekali Nini membantu pinggulnya untuk berputar-putar.

“Nikol.. Kamu.. Memang.. Jagoo.. Ooohh,” kepalannya bergerak ke kiri dan ke kanan seperti orang triping.

Beberapa saat kemudian Nini seperti orang kesurupan dan ingin memacu birahinya sekencang mungkin. Aku berusaha mempermainkan birahinya, disaat Nini semakin liar. Tempo yang semula tinggi dengan spontan aku kurangi sampai seperti gerakan lambat, sehingga centi demi centi batang kemaluanku terasa sekali mengoyang dinding vagina Nini.

“Nikol.. Terus.. Sayang.. Jangan berhenti..” Nini meminta.

Permainanku benar-benar memancing birahi Nini untuk mencapai kepuasan birahinya. Sesaat kemudian, Nini benar-benar tidak bisa mengontrol birahinya. Tubuhnya bergerak hebat.

“Nikol.. Aakuu.. Kelluuaarr.. Aaakkhh.. Goyang sayang,” rintih Nini.

Gerakan penisku kubuat patah-patah, sehingga membuat birahi Nini semakin tak terkendali.

“Nik.. Ooo.. Aaammpuunn,” rintihnya panjang.

Bersamaan dengan rintihan tersebut, aku menekan penisku dengan dalam hingga mentok dilangit-langit vagina Nini. Aku merasakan semburan cairan membasahi seluruh penisku.

Nini yang sudah mendapat kedua orgasmenya, sedangkan aku masih berusaha untuk mencari kepuasan birahiku. Posisi Nini, sekarang menungging. Penisku yang masih tertancap pada lubang vaginanya langsung aku hujamkan kembali ke lubang vaginanya Nini.

“Ooohh.. Nikol.. Kamu.. Memang.. Ahli..” katanya sambil merintih.

Kedua tanganku mencengkeram pinggul Nini dan menekan tubuhnya supaya penisku bisa lebih menusuk ke dalam lubang vaginanya.

“Nini.. Vagina kamu memang enak banget,” pujiku.
“Kamu suka minum jamu yaa kok seret?” tanyaku.

Nini hanya tersenyum dan kembali memejamkan matanya menikmati tusukan penisku yang tiada hentinya. Batang kemaluanku terasa dipijiti oleh vagina Nini dan hal tersebut menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. Permainan sexku diterima Nini karena ternyata wanita tersebut bisa mengimbangi permainan aku.

Sampai akhirnya aku tidak bisa menahan kenikmatan yang mulai tadi sudah mengoyak birahiku.

“Nini.. Aku mau.. Keluar..”kataku mendesah.
“Aku juga sayang.. Ooohh.. Nikmat terus.. Terus..” Nini merintih.
“Nikol.. Keluarin didalam.. Aku ingin rasakan semprotan.. Kamu..” pintanya.
“Iya sudah.. Ooogh.. Aaakhh..” rintihku.

Gerekan maju mundur dibelakang tubuh Nini semakin kencang, semakin cepat dan semakin liar. Kami berdua berusaha mencapai puncak bersama-sama.

“Nikol.. Aku.. Aku.. Ngaak kkuuaatt.. Aaakhh” rintih Nini.
“Aku juga sudah.. Ooogh.. Dahh,” aku merintih.
“Crut.. Crut.. Crut..” spermaku muncrat membanjiri vaginanya Nini.

Karena begitu banyak spermaku yang keluar, beberapa tetes sampai keluar dicelah vagina Nini. Setelah beberapa saat kemudian Nini membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan tubuhku.

“Nikol, ternyata Alice benar, kamu jago banget dalam urusan sex. Kamu memang luar biasa” kata Nini merintih.
“Biasa aja kok Mbak, aku hanya melakukan sepenuh hatiku saja,” kataku merendah.
“Kamu luar biasa..” Nini tidak meneruskan kata-katanya karena bibirnya yang mungil kembali menyerang bibirku yang masih termangu.

Segera aku palingkan wajahku ke arah Sandrina dan Lena, ternyata mereka sudah tertidur pulas mungkin karena sudah terlalu lelah, dan akupun tak kuasa menahan lelah dan akhirnya akupun tertidur pulas. Dan setelah 4 jam aku tertidur aku pun terbangun karena ada sesuatu yang sedang mengulum batang kemaluanku dan ternyata Lena sudah bangun dan aku pun menikmatinya sambil menggigit bibir bawahku. Dan kuraih tubuhnya dan kucium bibirnya penuh dengan gairah dan akhirnya kami pun mengulang kembali sampai besok harinya. Dengan terpaksa aku menginap karena pertarunganku dengan mereka semakin seru aja.

Ketika pagi telah tiba akupun langsung ke kamar mandi di ikuti oleh mereka dan akupun mandi bareng dan permainan dimulai kembali didetik-detik ronde terakhir. Tanpa terasa kami berempat sudah naik didalam bathup, kami mandi bersama. Guyuran air dipancurkan shower membuat tubuh mereka yang molek bersinar diterpa cahaya lampu yang dipancarkan ke seluruh ruangan tersebut. Dengan halus, mereka menuangkan sabun cair dari perlengkapan bag shop punya mereka. Aku mengosok keseluruh tubuh mereka satu persatu, sesekali jariku yang nakal memilih punting mereka.

“Ughh.. Nikol..” mereka merintih dan bergerak saat aku permainkan puntignya yang memerah.

Sebelum aku meinggalkan mereka, kami berempat berburu kenikmatan. Dan entah sudah berapa kali mereka yang sedang membutuhkan kehangatan mendapatkan orgasme. Kami memburu kenikmatan berkali-kali, kami berempat memburu birahinya yang tidak kenyang.

Sampai akhirnya waktu menunjukkan pukul 08.00 wib, dimana aku harus berangkat kerja dan pada jam seperti ini jalanan macet akupun mempercepat jalannya agar tidak terkena macet yang berkepanjangan. Aku meninggalkan Hotel H.. Sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan yang sudah ditinggalkan oleh permainan tadi.

Bagikan ke yang lainnya
Telegram
Tutup
Tutup